UNDER CONSTRUCTION - WEBSITE DALAM PERBAIKAN - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Forex adalah Bisnis yang mengandung RESIKO SANGAT TINGGI, tidak seorangpun yang mampu mengendalikan pergerakan Forex ini "...harga bergerak secara acak tidak akan menjamin seseorang bisa profit secara terus menerus karena Forex adalah PERMAINAN PSIKOLOGI" kata Bill William yang terkenal dengan Chaos Teory-nya.

TRADING ADALAH BISNIS PALING JUJUR, Bisnis mandiri terlepas dari kekurangan dan kelebihannya

Trading Forex di Indonesia masih menjadi bisnis negatif bagi sebagian kalangan masyarakat kita, cap negatif itu masih menghantui dan memberikan sinyal untuk segera meningalkan bisnis ini. Ada Apa Dengan Trading ?

STRATEGY TRADING : INDICATORS VS NAKED TRADING

Dalam melakukan transaksi Forex apa yang sebaiknya kita pakai sebagai acuan dalam trading ? Amati Candlestick anda satu persatu, karena setiap perpindahan candlestick adalah signal buat kita.

Surat Keputusan (SK) No.75/BAPPEBTI/Per/12/2009 tentang Pialang Asing (PMA) di Indonesia.

PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) SEGERA bekerja sama dengan Pialang Berjangka Luar Negeri untuk dapat langsung bertransaksi di Bursa Komoditas kedua di Indonesia ini. Pialang Luar Negeri dapat langsung bertransaksi di Bursa Tanah Air TANPA HARUS memiliki Kantor Perwakilan di Indonesia.

TIPS TRADING : NASEHAT DARI MASTER FOREX DUNIA

“Trading itu tidak sulit. Apa yang sulit adalah disiplin dan komitmen yang diperlukan dalam aktivitas trading" - Michael Miligan. “Tidak ada alasan untuk tawar-menawar lebih delapan poin. Segera saja lakukan pembelian. Begitu juga ketika turun, jika anda berpikir harga akan turun, segera saja lakukan penjualan.” - David Ryan

Ratings and Recommendations by Outbrain

Thursday 9 December 2010

Master Forex, ForexClub, Alpari, TeleTRADE, UMIS, AdmiralMarkets : Bentuk Organisasi Federasi Rusia (SRO)

Moskow, 7 Desember 2010 Peserta di bursa forex mengumumkan penciptaan-peraturan organisasi diri di Federasi Rusia (selanjutnya - SRO). Hal ini dipublikasikan pada konferensi pers tanggal 7 Desember 2010, seperti dikatakan perwakilan dari broker forex terkemuka Rusia (FOREX CLUB, Alpari, Teletrade, MasterForex, GK Admiral-Umis).

Pada saat ini Rusia adalah salah satu dari beberapa negara maju di mana tidak ada peraturan perundangan dari bursa mata uang. Sekelompok broker forex terkemuka Rusia memprakarsai pembentukan sebuah profil organisasi swa-regulasi di bursa forex ritel di Rusia.

"Penciptaan SRO ini adalah batu loncatan yang diperlukan dalam perjalanan ke pembentukan kerangka kerja legislatif untuk kegiatan broker forex di wilayah Rusia. Yang penting sebagian besar hasil SRO bagi para trader adalah adanya transparansi dari kerja perusahaan broker. Kedua, itu akan menghilangkan risiko kegiatan yang tidak adil yang mungkin terjadi di bursa keuangan. Ketiga, penghapusan peraturan ketidakpastian akan meningkatkan kapitalisasi keuangan negara," kata Presiden MasterForex Igor Volkov.

Hari ini dimulai proses pendaftaran Nirlaba Kemitraan "Pusat regulasi instrumen keuangan dan teknologi" (NP “TSRFIN”). Selanjutnya, NP “TSRFIN” harus mendapatkan status SRO dan menjadi pengganti penuh KROUFR – organisasi industri non profit yang diciptakan pada tahun 2003.

Tugas utama SRO di bursa forex di Federasi Rusia adalah akan mengadaptasi standar internasional terbaik dengan bekerja secara profesional pada karakter sektor keuangan Rusia. Standar dasar regulasi harus difokuskan pada melindungi kepentingan semua pelaku bursa, dan, di atas semua, perlindungan risiko trader - individu.

Diharapkan bahwa SRO “TSRFIN” di bursa forex Rusia akan mulai beroperasi penuh pada pertengahan 2011. Hal ini diasumsikan bahwa di masa depan SRO akan mencakup semua perusahaan dengan akses individu, warga Rusia ke bursa forex internasional.

Informasi

1. Saat ini, undang-undang Rusia tidak mendefinisikan status hukum organisasi yang aktif di bursa forex. Posisi regulator direduksi menjadi peserta bursa Forex tidak berlaku untuk kegiatan peraturan mereka, yaitu: bursa Forex adalah bukan termasuk dalam bursa efek, bursa forex bukan termasuk dalam aktivitas pelaku bursa efek profesional, bursa forex bukanlah suatu jenis perjudian, bursa forex bukanlah jenis aktivitas perbankan.

2. Menurut VTSIOM, pada tahun 2007 keinginan untuk bekerja di bursa forex adalah lebih dari 0,3% dari populasi, menurut perkiraan ahli, pada tahun 2010 angka ini meningkat menjadi 0,5%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Federal Dinas Bursa Keuangan Rusia pada tahun 2010, lebih dari 5% dari populasi yang berpartisipasi dalam penelitian ini, ingin meningkatkan keaksaraan mereka dalam bidang forex trading. Pada tahun 2010 jumlah orang yang bekerja di bursa forex diperkirakan 400.000 orang. Jumlah dana setiap tahun memperkenalkan warga ke rekening trading, yaitu, tanpa memperhatikan margin trading - sekitar $ 500 juta (15 milyar rubel) ..

3 Aturan dasar yang mengatur SRO “TSRFIN” akan menjadi sebagai berikut:

• Layanan Pelanggan Forex broker bagi warga yang tinggal di Rusia harus didasarkan pada badan hukum terdaftar di Rusia.

• Semua pelaku bursa harus sesuai dengan modal minimum dan lindung nilai terhadap risiko-pembayaran non trader. Modal dana harus disimpan dalam rekening yang disetujui oleh bank Rusia.

• Pelaku bursa harus memenuhi sejumlah dan etis persyaratan organisasi yang dikembangkan atas dasar pengalaman internasional (persyaratan pengungkapan, informasi yang benar tentang risiko perdagangan, penyediaan informasi yang benar dalam materi promosi mereka, melaksanakan prosedur untuk memerangi pencucian uang dan sebagainya).

Hormat kami,

Wednesday 8 December 2010

China Geser Amerika, Indonesia Masuk 5 Besar ?

Ekonomi dunia berada dalam super-cycle babak baru pertumbuhan tinggi. Asia pemenangnya?

Perekonomian dunia kini berada dalam super-cycle (siklus-super). Ini adalah masa pertumbuhan global historis yang tinggi, yang berlangsung satu generasi atau lebih. Super-cycle yang ditandai dengan munculnya pertumbuhan ekonomi yang cepat ini dinikmati oleh negara seperti Cina, India dan Indonesia sekarang.

Ada banyak faktor pendorong terjadinya hal ini, termasuk peningkatan perdagangan, tingginya tingkat investasi, urbanisasi yang cepat dan inovasi teknologi.

Dalam sejarahnya, perekonomian dunia telah dua kali menikmati super-cycle sebelumnya. Pertama, 1870-1913, mengalami pick-up signifikan pada pertumbuhan global. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia setiap tahun sebesar 2,7%, satu persen lebih tinggi dari sebelumnya. Siklus itu dipimpin oleh munculnya Amerika Serikat, serta munculnya peningkatan perdagangan dan penggunaan teknologi yang lebih besar dari Revolusi Industri.

Super siklus kedua, dari 1945 hingga awal 1970-an, pertumbuhan rata-rata 5% dan ditandai oleh rekonstruksi pasca-Perang dan catch-up di sebagian besar dunia. Ini juga ditandai oleh munculnya kelas menengah yang besar di Barat dan negara-negara pengekspor di Asia, dipimpin oleh Jepang.

Sekarang, kita mungkin berada dalam super-cycle yang berbeda, namun dengan aspek-aspek serupa seperti dua super-cycle sebelumnya.

Bagi orang-orang di Asia dan di seluruh dunia, muncul ide pertumbuhan mungkin terdengar tidak biasa. Tapi bagi banyak orang di Barat, pikiran dari Super-Cycle bukan hal aneh mengingat masalah inilah yang dihadapi perekonomian dunia. Faktanya,ekonomi dunia sekarang lebih dari US$62 triliun, sekitar dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu, bahkan telah melampaui puncak pra-resesi.

Selama dua tahun terakhir, ekonomi telah rebound didorong oleh kebijakan stimulus di Barat dan oleh pertumbuhan kuat di Timur. Memang, pasar di negara-negara berkembang, yang merupakan sepertiga dari ekonomi dunia, saat ini mencapai dua-pertiga pertumbuhannya. Tren ini tampaknya akan terus berlanjut.

Pada tahun 2030, perekonomian dunia bisa tumbuh menjadi US$308 triliun. Proyeksi ini berarti tingkat pertumbuhan riil sebesar 3,5% untuk periode mulai tahun 2000 -- saat Super-Cycle dimulai -- hingga 2030. Atau rata-rata pertumbuhan riil sebesar 3,9% dari sekarang hingga 2030. Ini akan menjadi kemajuan signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan 2,8% selama 1973 hingga 2000.

Situasi yang luar biasa tidak hanya berupa kemungkinan skala ekspansi ini, tetapi juga ramalan yang didasarkan pada proyeksi pertumbuhan yang terlalu berhati-hati. Misalnya, China diperkirakan akan tumbuh rata-rata 6,9% per tahun selama periode tahun 2030 dan India sebesar 9,3%.

Pada tahun 2030, India mungkin telah menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia. Selain itu, Indonesia, yang saat ini perekonomian peringkat 18 terbesar kemungkinan besar akan pindah menjadi lima terbesar dunia dalam jangka waktu dua puluh tahun saja, setelah menikmati hampir rata-rata 7% pertumbuhan selama periode tersebut.

Memang, selalu ada risiko yang dapat mempengaruhi pertumbuhan global. Super-cycle pertama berakhir dengan pecahnya Perang Dunia Pertama, yang kedua dengan guncangan minyak bumi diawal tahun tujuh puluhan. Namun, kali ini semoga dunia mempunyai posisi lebih baik untuk mengatasi risiko munculnya badan pengambil keputusan internasional dan forum kebijakan seperti G20.

Sangatlah penting menekankan bahwa super cycle bukan berarti pertumbuhan akan terus menguat selama seluruh periode. Dalam tiga atau empat tahun terakhir saya termasuk di antara yang paling pesimis tentang pertumbuhan ekonomi AS. Saya masih berhati-hati karena perekonomian AS masih akan berjuang di tahun depan dengan pertumbuhan di bawah tren. Demikian juga Eropa dan Jepang, keduanya akan menghadapi prospek jangka pendek yang masih lesu dengan pertumbuhan datar.

Karena itu, perkembangan akan lebih luar biasa jika Asia dapat mendorong lebih banyak pertumbuhan mereka sendiri. Apalagi hal tersebut sangat dibutuhkan dunia.

Tahun depan, China akan melihat tahun pertama dari rencana lima-tahunan ke-12. Hal ini seharusnya akan membantu pertumbuhan mereka. Namun demikian, bank sentral China dan lainnya di seluruh Asia akan melakukan pengetatan kebijakan untuk menahan inflasi. Pada gilirannya, hal ini harusnya memungkinkan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan, namun dengan tingkat yang mendekati atau bahkan di bawah yang terlihat pada tahun ini. Jadi, dalam Super-Cycle, jelas akan ada tantangan bagi para pembuat kebijakan.

Sebagaimana pentingnya untuk fokus pada tantangan jangka pendek, namun sangat penting tetap melihat peluang jangka panjang. Selama Super-Cycle, kami percaya bahwa China bisa menggantikan AS sebagai perekonomian terbesar dunia pada 2020, jauh lebih cepat daripada yang banyak pihak prediksikan.

Namun, dari perkiraan itu yang paling penting adalah cerita yang terjadi dibaliknya.

Tak bisa dipungkiri, ada skala perekonomian yang tengah berkembang. Seiring dengan pertumbuhannya, negara-negara berkembang akan memberikan pengaruh lebih besar pada perekonomian dunia. Begitupun dengan dampak dari pertumbuhan koridor-koridor perdagangan baru. Hampir 85% dari populasi dunia kini semakin saling terkait melalui perdagangan, sehingga memungkinkan pertambahan jumlah orang yang akan berkontribusi pada perekonomian global.

Sumber-sumber pendanaan akan menjadi penggerak pertumbuhan yang penting, mengingat tingginya kebutuhan investasi, khususnya di bidang infrastruktur. Lalu ada hal lain yang saya sebut perspiration atau keringat dari makin banyaknya jumlah orang yang bekerja dan berbelanja, dan juga kreativitas yang makin besar atas inovasi dan teknologi.

Negara-negara yang akan berhasil adalah negara yang paling banyak memiliki uang tunai, komoditas dan kreativitas. Dalam beberapa tahun terakhir saya kerap menjelaskan keadaan yang tengah terjadi sebagai New World Order, mencerminkan pergeseran keseimbangan kekuatan ekonomi dan keuangan dari Barat ke Timur.

Nah, di tengah pergeseran ini masih berlaku, Super-Cycle lebih tepat mencerminkan apa yang sedang terjadi. Barat masih sangat mungkin berhasil dengan lingkungan seperti ini, terutama jika perekonomian di sana kreatif. Namun sudah jelas bahwa Asia akan muncul menjadi pemenang.

Penulis:
Dr Lyons Gerard
Head of Global Research and Chief Economist di Standard Chartered Bank
• VIVAnews

Wednesday 24 November 2010

Menkeu Perkirakan Modal Asing Masuk Hingga 2011

by : Dewi Mayestika
Derasnya arus modal asing (capital inflow) yang masuk ke Tanah Air diperkirakan akan terus berlangsung hingga pertengahan 2011.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan disatu sisi derasnya arus modal tersebut menunjukan tingginya tinggat kepercayaan investor dalam menempatakan dananya di Indonesia. Kendati demikian , jelasnya, hal tersebut harus diwaspadai mengingat potensi terjadinya gelembung ekonomi (bubble).

"Derasnya capital inflow yang masuk ke Indonesia masih akan berlangsung sampai pertengahan tahun 2011 karena dana likuid masih akan terus mengalir ke negara berkembang," saat ditemui dalam acara Seminar Nasional yang diadakan Ikatan Bankir Indonesia (IBI), hari ini.

Dia menuturkan saat ini pihaknya bersama Bank Indonesia (BI) telah menyusun strategi untuk menjaga capital inflow dengan menerapkan Crisis Management Protokol. Dia mengatakan industri perbankan harus mampu mendorong pemanfaatan capital inflow dalam sektor investasi.

“Kita harus hati-hati dalam menjaga sistem keuangan meningingat derasnya capital inflow saat ini. Jangan sampai terjadi moral hazard,” ujarnya.

Dia menegaskan untuk mencegah terjadinya gelembung ekonomi, pemerintah bersama BI akan mengarahkan pemanfaatan capital inflow pada sektor investasi terutama properti. Hal tersebut mengingat property merupakan sektor pembiayaan jangka panjang sehingga pemanfaatan capital inflow bisa lebih optimal.(htr)



Bisnis.com/Media Pontianak

Tuesday 23 November 2010

BURSA Asia Berguguran

Bursa Asia jatuh di tengah spekulasi menyebarnya krisis utang Eropa setelah pernyataan Moody's Investors Service bahwa dana talangan yang diberikan pada Irlandia akan melahirkan stigma credit negative pada negara tersebut.

Saham Hyundai Motor Co yang berhasil melebihi Toyota Motor Corp sebagai produsen mobil Asia dengan pencapaian terbaik di Eropa, jatuh 2,5% di Seoul. Saham BHP Billiton Ltd, perusahaan tambang terbesar di dunia, melemah 0,6% di Sydney menyusul jatuhnya harga tembaga di New York kemarin.

Saham Telstra Corp Ltd, perusahaan telekomunikasi terbesar di Australia, menanjak 1,9% setelah JP Morgan Chase & Co mendongkrak rating saham mereka menjadi overweight, seraya mengatakan bahwa harga saham Tesltra potensial untuk naik.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang melorot 0,3% menjadi 463,46 pada pukul 9:04 waktu Hong Kong. Bursa Jepang hari ini libur. Indeks acuan Asia telah naik 12% tahun ini sampai kemarin khususnya ditengah-tengah spekulasi bahwa pertumbuhan laba perusahaan akan meredakan krisis utang di Eropa. Kenaikan indeks juga dipengaruhi oleh langkah China yang menekan inflasi harga properti dan kekhawatiran mengenai rebound ekonomi AS.

Indeks Australia S&P/ASX 200 melemah 0,4% dan indeks Selandia Baru NZX 50 tertekan 0,6% sementara indeks Korea Selatan, Kospi jatuh 0,3%.

Talangan Irlandia

Moody's Investors Service menyatakan bahwa dana talangan yang diperkirakan berjumlah 95 miliar euro (US$129 miliar) oleh Goldman Sachs, dapat meningkatkan beban utang Irlandia dan melahirkan stigma credit negative pada negara tersebut.

Irlandia merupakan negara Eropa kedua setelah Yunani yang harus diberikan dana talangan. Biaya yang harus dibayar atas pemberian dana talangan tidaklah sedikit karena Eropa setidaknya harus kembali mengalami krisis keuangan disaat Yunani terseret krisis utang dan menyebabkan destabilisasi euro.

Nilai tukar euro melemah dan obligasi Irlandia berhasil mengimbangi kenaikan setelah Moody's Investors Service menyatakan bahwa penurunan "multi-notch" pada rating utang Irlandia yang mencapai Aa2 sepertinya akan terjadi karena dana talangan tersebut akan meningkatkan beban utang Irlandia. 

Bloomberg/Bisnis.com

Saturday 20 November 2010

Ketua WTO Peringatkan Perang Kurs Mata Uang

Kepala Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Jumat, memperingatkan negara-negara terhadap pemeliharaan mata uang mereka "undervalued" (di bawah nilai pasar) untuk menciptakan lapangan kerja, mengatakan kebijakan seperti itu bisa memicu proteksionisme.

Pascal Lamy, Direktur Jenderal WTO, mengatakan perang nilai mata uang -- dalam sebuah referensi yang jelas ke Amerika Serikat dan China -- telah muncul sebagai penghalang terhadap stabilitas keuangan global.

"Hal ini menghasilkan pekerjaan yang berada di jantung strategi dari beberapa negara untuk menjaga mata uang mereka undervalued," katanya. "Sama seperti itu juga di jantung kebijakan moneter longgar negara lain."

Persaingan devaluasi, telah menimbulkan kekhawatiran perang mata uang global, akan memicu "saling balas proteksionisme", katanya.

"Kebijakan tidak terkoordinasi `beggar thy neighbour` (kebijakan ekonomi di suatu negara yang mengakibatkan kekacauan di negara lain) tidak akan menghasilkan peningkatan lapangan kerja," katanya.

Washington telah mendesak Beijing untuk membiarkan yuan naik, mengatakan mata uang itu undervalued untuk menciptakan keuntungan perdagangan yang tidak adil.

Amerika Serikat telah dituduh melakukan hal yang sama dengan suntikkan dana 600-miliar dolar yang diumumkan awal bulan ini.

Lamy juga mengatakan ia bertujuan untuk kesepakatan awal pembicaraan perdagangan WTO dalam putaran Doha yang terhenti pada pertengahan 2011.

Dirjen WTO mengatakan para pemimpin pada KTT Kelompok 20 di Seoul minggu lalu telah "menyerukan perundingan menyeluruh untuk menyimpulkan akhir permainan" dari pembicaraan liberalisasi perdagangan global pada 2011.

Putaran Doha dari perundingan perdagangan global dimulai pada 2001 dengan fokus pada pembongkaran hambatan perdagangan untuk negara-negara miskin. Namun negosiasi telah terhenti karena perselisihan.

Mereka termasuk berapa banyak Amerika Serikat dan Uni Eropa harus mengurangi bantuan pertanian dan sejauh mana negara-negara berkembang seperti India dan China harus menurunkan tarif pada produk industri.

Tenggat waktu berturut-turut untuk menyimpulkan pembicaraan telah luput.

New York (ANTARA/AFP/Reuters

Thursday 18 November 2010

Meminta Jatah Saham, Langgar Kode Etik Jurnalistik

By : Lahyanto Nadie

Penjatahan saham perdana PT Krakatau Steel Tbk. yang diminta oleh sejumlah wartawan dinilai melanggar kode etik jurnalistik dan merusak citra pers.

Mantan Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara mengatakan bahwa tugas wartawan adalah melakukan kegiatan jurnalistik untuk kepentingan umum. "Jika ada sejumlah wartawan melakukan itu bertentangan kode etik. Jelas itu salah total dan merusak citra pers," ujarnya kepada Bisnis pagi ini.

Wartawan seperti itu, katanya, berarti tidak bisa lagi bisa menjalankan fungsi kontrol. "Itu wartawan abal-abal."

Dia mengimbau agar wartawan harus menjaga kredibilitas dan jangan merusak jadi diri. Sikap pemimpin redaksi menghadapi kasus seperti itu, katanya, mestinya tegas. Jika medianya profesional, menurut Leo, jika ada wartawan seperti itu harus dipecat.

Dia menjelaskan bahwa Menurut Piagam Palembang 2010 disepakati hal-hal a.l. insan pers bersedia melaksanakan sepenuhnya Kode Etik Jurnalistik, Standar Perusahaan Pers, Standar Perlindungan Wartawan, dan Standar Kompetensi Wartawan, serta akan menerapkannya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan-ketentuan yang berlaku di perusahaan.

Seperti diberitakan bahwa proses penawaran harga saham perdana PT Krakatau Steel Tbk dinodai ulah sejumlah wartawan. Mereka diduga meminta penjatahan saham perdana sebanyak 1.500 lot (750.000 lembar).

Harga saham perdana produsen baja itu sebesar Rp860 per lembar menjadi polemik karena dinilai terlalu murah. Pada listing perdana di lantai bursa 10 November lalu, harga saham KS melonjak 49,6% menjadi Rp 1.270 per lembar.

Seorang wartawan senior yang biasa meliput di bursa setuju jika dilakukan investigasi agar kasusnya itu menjadi jelas.

Sementara itu, wartawan lainnya mengatakan bahwa ada media yang membolehkan wartawannya bermain saham. "Itu kan nggak benar juga kalo diperbolehkan karena wartawan tahu rencana dan kondisi di dalam korporasi, sehingga mudah buat mempermainkan. Jadi berbahaya," katanya. (ln)

Wednesday 17 November 2010

Perang Kurs, G-20 dan Indonesia

Pemulihan ekonomi global ada dalam ancaman. Setidaknya begitu kekhawatiran yang muncul saat ini. Salah satu penyebabnya adalah potensi perang kurs (currency war). Itulah tema hangat yang mewarnai pertemuan pemimpin G-20 pekan ini di Seoul.

Beberapa pemimpin penting dunia juga telah memberikan pandangannya soal ini. Berkaitan dengan ini, ekonom Jeffrey Sachs dan Wing Thye Woo berinisiatif untuk mengorganisir sekelompok ekonom untuk bertemu dalam International Policy Advisory Group untuk G-20 di Seoul awal pe-kan ini, di mana saya terlibat di dalamnya.

International Policy Advisory Group G-20 memiliki kekhawatiran yang sama: perang kurs da-pat mengganggu pemulihan ekonomi global. Bagi kita di Indonesia, pemulihan ekonomi global yang terganggu tentu akan menganggu prospek perekonomian Indonesia.

Bagaimana dampaknya pada ekonomi global, bagaimana dampaknya bagi ekonomi Indonesia? Apakah pertemuan para pemimpin G-20 di Seoul mampu menyelesaikan persoalan ini?

Benar bahwa pemulihan ekonomi global mulai terjadi tetapi lebih lambat dari yang diharapkan. Krisis keuangan yang terjadi memaksa Amerika Serikat harus mengurangi konsumsinya. Implikasinya adalah menurunnya permintaan impor oleh AS terhadap semua negara di dunia.

Kita tidak bisa lagi mengharapkan AS memainkan peran sebagai lokomotif perdagangan dunia. Lokomotif perdagangan dunia harus diambil oleh negara yang memiliki surplus seperti negara Asia terutama China. Jika China menggunakan surplus nya untuk menyerap perekonomian global, maka pemulihan ekonomi dunia akan berlangsung dengan lancar.

Untuk itu China harus bersedia melakukan apresiasi renminbi (RMB) nya. Dengan ini, ketidakseimbangan global (global imbalances) akan bisa diatasi.

Sulit dimungkiri bahwa RMB memang berada di bawah nilai yang seharusnya (undervalue). Tengok saja, China mengalami surplus dalam transaksi berjalan dan neraca modal, namun RMB nya tidak menguat.

Karena itu AS menuduh China melakukan manipulasi kurs (membiarkan nilai tukar RMB nya lemah, agar produk ekspor China tetap kompetitif). China sendiri memang terlihat enggan untuk melakukan revaluasi RMB nya secara drastis.

Bisa dimengerti, karena seperti yang disampaikan oleh ekonom Dani Rodrik kepada saya dalam diskusi di Harvard University bulan lalu apresiasi RMB yang signifikan akan membuat pertumbuhan ekonomi China merosot dan menimbulkan masalah pengangguran.

Akibatnya: pemulihan ekonomi AS menjadi relatif lambat dari yang diharapkan. Untuk mendorong pemulihan ekonomi, maka Fed berencana melakukan pelonggaran kebijakan moneter tahap II (Quantitative Easing II (QE II)).

Pelonggaran kebijakan moneter ini membuat tingkat bunga di AS sangat rendah yang pada gilirannya dan mendorong arus modal keluar ke negara-negara Amerika Latin dan Asia, termasuk Indonesia.

Akibatnya, nilai tukar dolar melemah. Arus modal yang masuk ini dalam bentu portofolio telah mendorong nilai tukar negara-negara tersebut mengalami penguatan, dan meningkatkan risiko bubble terutama untuk negara seperti Indonesia yang belum sepenuhnya mampu mengalihkan dana jangka pendek dari sektor keuangan ke sektor riil.

Apresiasi nilai tukar yang menguat akan membuat ekspor terpukul. Melihat hal ini, Jepang yang mata uang yen-nya mengalami apresiasi secara signifikan melakukan intervensi dengan kebijakan pelonggaran moneter. Korea juga mengikuti langkah Jepang dengan melakukan intervensi di pasar devisa.

Saya ingat, di dalam pertemuan terbatas anggota Regional Advisory Group IMF di Washington DC bulan lalu, saya merasakan "suasana kebatinan" perang kurs ini, di mana negara Amerika Latin dengan tegas mengatakan bahwa mereka mungkin akan memberlakukan capital control dengan pajak atas modal jangka pendek dan melakukan intervensi di pasar devisa.

Untuk Indonesia, pilihan intervensi di pasar devisa dengan sterilisasi dan akumulasi cadangan devisa memiliki biaya yang sangat mahal karena selisih dari US T bills (yang mendekati 0%) dengan SBI (6.5%). Bila ini terus dilakukan, maka dalam jangka menengah BI akan mengalami persoalan dalam neracanya.

Waspadai rupiah

Sebaliknya membiarkan rupiah menguat dengan sangat tajam, akan memukul ekspor padat karya kita, yang pada gilirannya akan membahayakan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Indonesia bisa mengantisipasi ini dengan kebijakan yang komprehensif yang mencakup: membiarkan rupiah sedikit terapresiasi; Bank Indonesia melakukan sterilisasi sesuai dengan kapasitasnya; penerapan aturan administratif untuk modal jangka pendek (seperti aturan untuk memegang SBI dalam waktu 1 bulan); percepatan pembayaran utang luar negeri; bisa saja budget defisit sedikit diturunkan dengan catatan bahwa alokasi infrastruktur harus tetap dan bahkan meningkat dengan mengurangi subsidi BBM dan listrik dan mengalokasikannya untuk infrastruktur; mendorong semakin banyak perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Yang paling penting adalah implementasi dari pembangunan infrastruktur agar modal mengalir dari sektor keuangan ke sektor riil.

Namun, bila setiap negara berlomba-lomba membuat nilai tukarnya tak mengalami apresiasi (competitive non-appreciation), maka perang kurs bisa terjadi. Sejarah mengajarkan kepada kita: salah satu yang membuat perekonomian global ambruk dalam depresi besar tahun 1930 adalah beggar thy neighbor policy di mana tiap negara membuat nilai tukarnya lemah.

Akibatnya: proteksionisme meningkat, perdagangan global lumpuh dan ekonomi dunia masuk dalam jurang depresi yang panjang. Kalau perekonomian dunia lumpuh, maka semua negara, termasuk Indonesia akan mengalami persoalan. Dalam kasus Indonesia, situasi ini juga dapat diperburuk karena arus modal jangka pendek yang masuk membawa risiko bubble. Bila modal kembali keluar dengan drastis maka pasar keuangan dan rupiah anjlok, perbankan dan sektor riil mengalami tekanan. Kita tak boleh mengulangi kesalahan yang sama.

Karena itu harus ada langkah bersama untuk mengatasi soal ini. Di sini pertemuan pemimpin G-20 di Seoul menjadi penting. Kerjasama seperti apa? Apakah mengikuti pola Plaza Accord tahun 1985?

Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa AS dan Jepang pernah mengalami persoalan yang sama, di mana akhirnya Jepang bersedia merevaluasi yen-nya hampir 51% terhadap dolar AS, dalam perjanjian di hotel The Plaza New York yang dikenal dengan Plaza Accord.

Ironisnya setelah Plaza Accord 1985, defisit transaksi berjalan di AS tak menurun secara signifikan. Artinya pola Plaza Accord ini mungkin tak efektif bila dicoba kembali. Penyesuaian kurs saja tak menyelesaikan soal.

Kita tentu berharap pertemuan G-20 di Seoul pekan ini akan mampu menyelesaikan soal ini. Namun di sini masalahnya: jika semua negara berusaha memfokuskan dirinya kepada kepentingan jangka pendek (di mana China dan Asia terus memupuk surplus dan defisit terus terjadi di AS dan Eropa) maka terjadilah kondisi prisoners dilemma. Penyelesaian ideal adalah adanya kerja sama global untuk mengatasi masalah ini. Semua pihak harus mau mengorbankan kepentingan jangka pendeknya demi kepentingan global jangka panjang.

Untuk itu perlu kerja sama dan penyelesaian yang bersifat menyeluruh. China harus melakukan revaluasi RMB nya secara bertahap, bersamaan dengan itu negara-negara Asia lain juga membiarkan nilai tukarnya menjadi lebih kuat.

China juga harus melakukan penyesuaian dengan membuka perdagangannya lebih bebas, menghilangkan distorsi dalam pasar tenaga kerja dan inputnya, serta perbaikan dalam intermediasi perbankannya.

Di sisi lain, AS juga harus mulai mengurangi pelonggaran kebijakan moneternya, dan mencoba melakukan penyesuaian struktural untuk membenahi masalah domestiknya. Data menunjukkan bahwa walau AS melakukan QE, kredit tetap tak mengalir dan pemulihan tetap lambat.

Artinya QE tak sepenuhnya efektif, malah hanya menimbulkan persoalan bagi banyak negara lain. Selain itu, stigma IMF harus bisa diselesaikan. Bila tidak, negara-negara di Asia akan tetap memupuk cadangan devisa sebagai asuransi diri, karena mereka sadar bahwa jika terjadi krisis, secara politik tak bijak meminta bantuan IMF karena IMF membuat kesalahan pada masa krisis Asia 1998.

Kesepakatan seperti inilah yang kita harapkan dari pertemuan G-20. Masalahnya, solusi ini bersifat jangka panjang, dan tiap negara kerap tak sabar. Cenderung lebih memilih kepentingan jangka pendeknya. Saya agak khawatir bila G-20 tak mampu menyelesaikan soal ini.

Benar bahwa pertemuan pemimpin G-20 di Wasinghton, London dan Pittsburgh cukup efektif untuk mengatasi krisis global. Mengapa? Karena semua negara saat itu mengalami persoalan yang sama: krisis global. Sehingga walaupun perjanjian G-20 tak bersifat mengikat, setiap negara berusaha mematuhinya.

Namun, saat ini pemulihan ekonomi dunia mulai terjadi, namun tak merata. Karena itu kepentingan negara-negara anggota G-20 berbeda. Bila kepentingan tiap negara berbeda, maka keputusan yang tak mengikat akan menjadi tak efektif. Bila itu yang terjadi, dunia akan terperangkap dalam kondisi prisoners dilemma dan ekonomi dunia tentu juga ekonomi Indonesia bisa berada dalam ancaman.

Oleh Muhammad Chatib Basri
Senior Partner Creco Research Institut 
bisnis.com

Tuesday 16 November 2010

HATI HATI : METROPROFIT

FOREX memang menggiurkan, semua mimpi mimpi indah ada didalamnya, membayangkan keuntungan yang gampang di dapat dalam Trading Forex membuat kita berfikir apapun yang ada didunia ini rasanya  bisa kita miliki !

Namun, semakin indah janji seseorang tentang FOREX semakin dekat dia dengan kebohongan ! Jika anda TERGODA dengan bujuk rayu FOREX yang gampang didapat tanpa melalui proses pembelajaran dan latihan terus menerus saya yakin andapun akan tergelincir didalamnya.

Terlebih lagi dengan Tawaran Super Menarik dari seseorang dengan iming iming penghasilan tetap setiap bulan hanyalah bualan belaka, salah satunya adalah METROPROFIT dot com menurut mereka telah menghadirkan system yang paling Revolusioner yang bekerja dalam 1 sistem yaitu Investasi dengan profit 2,10% - 2,50%/hari,- pembayaran yang mereka lakukan setiap 15 hari sekali selama 12 bulan" seperti yang mereka sebutkan dalam situs resminya.

Saya tidak akan bereaksi apa apa jika hal tersebut mereka lakukan tanpa melibatkan saya pribadi dan rekan rekan saya di Master Forex Borneo Learning Center. Mereka telah Menggunakan FOTO KAMI TANPA IZIN yang memiliki HAK CIPTA dan kami tidak mau image kami nanti tercemar karena perbuatan mereka !

Forex tidak mengenal kata PASTI UNTUNG karena setiap tindakan yang kita lakukan bisa saja menimbulkan resiko kerugian, namun jika METRO PROFIT berkata "Semua MEMBER Pasti akan di untungkan meskipun hanya menjadi member PASIF, karena Sistem METROProfit.com akan bekerja secara OTOMATIS 24 jam sehari tanpa henti, 7 hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun bahkan ketika Anda Sedang Tidur sekalipun" saya hanya perpesan BERHATI HATILAH DENGAN PENAWARAN DARI MEREKA dan KAMI TIDAK BERTANGGUNG JAWAB DAN TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN MEREKA SAMA SEKALI.

Alex L. Setiawan/Media Pontianak

Monday 15 November 2010

Asia Pasifik hindari bersaing Devaluasi Mata Uang

Pimpinan negara kawasan Asia Pasifik dalam forum KTT APEC bersepakat untuk menahan diri dari ajang saling berkompetisi melakukan devaluasi mata uang, dan menyepakati pula untuk menggerakkan sistem nilai tukar yang ditentukan pasar.

Kesepakatan tersebut tertuang dalam salah satu butir dokumen yang dihasilkan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 2010 yang dihadiri oleh 21 pimpinan negara di kawasan Asia Pasifik yang diselenggarakan di Yokohama pada 13-14 November 2010.

“Kami akan menahan diri dari kompetisi devaluasi mata uang,” seperti tertuang dalam dokumen kesepakatan hasil KTT APEC 2010 hari ini.

Adapun 21 pimpinan negara yang hadir dalam KTT APEC adalah Indonesia, Amerika Serikat (AS), China, Hong Kong, Jepang, Korea, Australia, Singapura, Selandia Baru, Malaysia, Thailand, Brunei, Taiwan, Rusia, Peru,Kanada, Cili, Meksiko, Filipina, Vietnam, Papua Nugini.

Para pemimpin negara di forum APEC juga menyatakan akan mendorong untuk meningkatkan fleksibilitas nilai tukar untuk mencerminkan fundamental ekonomi yang menjadi dasar untuk mampu menahan diri dari ajang kompetisi melakukan devaluasi mata uang.

Para pemimpin negara di kawasan Asia Pasifik yang tergabung dalam APEC juga akan mewaspadai volatilitas kelebihan dan gerakan teratur dalam nilai tukar. Tindakan tersebut dimaksudkan akan membantu mengurangi risiko volatilitas yang berlebihan dalam arus modal menghadapi beberapa ekonomi pasar yang berkembang.

bisnis.com/Linda T. Silitonga

Friday 12 November 2010

Krisis utang Eropa angkat harga Emas dan Perak

Harga kontrak emas menguat dipicu kekhawatiran akan krisis utang Eropa yang kembali memunculkan daya tarik akan emas sebagai asset alternative. Sementara itu,harga perak menanjak 2%.

“Risiko krisis utang yang kembali mengemuka semestinya kembali menopang pergerakan harga emas,”ujar Edel Tully, analis di UBS AG, London.

Harga kontrak emas untuk pengiriman Desember menanjak US$4 atau 0,3% menjadi US$1.403,30 pada pukul 14:00 di bursa Comex, New York.

Sementara itu, harga kontrak perak untuk pengiriman Desember menanjak 54 sen menjadi US$27,405 per ounce. Kemarin, harga logam jatuh 7,1%, terbanyak sejak 1 Desember 2008. Pada 9 November harga kontrak perak sempat menyentuh US$29,34, level tertinggi dalam 30 tahun.

Dennis Gartman, ekonom dan editor dari Gartman Letter yang berbasis Suffolk, Virginia merekomendasikan investor untuk menahan emas berdenominasi mata uang lain selain dolar untuk mengantisipasi menguatnya nilai dolar.

Nilai tukar dolar terhadap mata uang utama termasuk euro menanjak untuk lima sesi berturut-turut. Harga emas juga menguat setelah dirilisnya sebuah laporan yang menunjukkan bahwa inflasi China berakselerasi mencapai level tinggi dalam dua tahun.

Analis pada Bank of America Merrill Lynch menyatakan dalam laporanya hari ini bahwa kenaikan harga emas mungkin akan sedikit terbatas dalam jangka waktu pendek jika dolar memperpanjang reli.

“Pulihnya nilai tukar mata uang AS karena munculnya kekhawatiran akan krisis utang di Eropa mungkin akan mengikis pergerakan harga emas,” lanjut laporan Bank of America Merrill Lynch tersebut.

Harga kontrak platinum untuk pengiriman Januari menanjak US$7,90 atau 0,5% menjadi US$1.745,80 per ounce di bursa komoditas New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, harga kontrak palladium untuk pengiriman Desember menguat US$7,40 atau 1,1% menjadi US$704,15 per ounce. (T02/ln)

sources : Bloomberg

Thursday 11 November 2010

Michelle jadi penasehat Obama, lalu memadu kasih

by : Dwi Astuti
Kisah hidup Presiden Barak Obama penuh liku. Mulai dari kelahirannya, masa remaja dan percintaan sampai anak Menteng itu menjadi presiden AS yang hari ini akan tiba Jakarta menjadi ulasan media di mana-mana.

Ayah kandung Obama meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil di Nairobi pada 1982. Namun, Obama baru mendapat kabar kematian ayahnya 1 tahun kemudian ketika dia berusia 22 tahun. Kenyataan ini menjadi pukulan bagi Obama.

Maklum, setelah orang tua kandungnya bercerai, Obama hanya sempat bertemu sekali secara singkat dengan ayahnya pada 1971. Ibu kandung dan kakek neneknya tidak pernah bercerita terus terang mengenai keberadaan ayahnya ketika dia masih hidup.

“Pada waktu kematiannya, ayah masih menjadi sebuah mitos bagi saya,” kata Obama seperti dikutip dari biografi Barack Obama di situs www.biography.com

Setelah lulus SMA, Obama menimba ilmu di Occidental College di Los Angeles selama 2 tahun. Dia kemudian dipindahkan ke Universitas Columbia di New York, dan lulus pada 1983 dengan gelar sarjana ilmu politik.

Obama kemudian bekerja di sektor bisnis selama 2 tahun, lalu pindah ke Chicago pada 1985. Di sana, dia bekerja di South Side sebagai organizer komunitas untuk penduduk berpenghasilan rendah di Roseland dan Altgeld Gardens.

Di masa-masa ini, Obama bergabung dengan Trinity United Church of Christ. Dia juga mengunjungi para kerabatnya di Kenya, termasuk mengunjungi kuburan ayah kandung dan kakek dari pihak ayah.

Pada 1988, Obama balik dari Kenya dan mengenyam ilmu hukum di Harvard Law School. Setahun berikutnya, dia bertemu Michelle Robinson, rekanannya di perusahaan hukum Sidley & Austin di Chicago.

Michelle ditugaskan menjadi penasihat Obama selama magang musim panas di perusahaan itu. Keduanya pun kemudian mulai memadu kasih. Pada Februari 1990, Obama terpilih sebagai editor keturunan Afrika-Amerika pertama di Harvard Law Review. Obama lulus magna cum laude pada 1991.

Setelah tamat, Obama kembali ke Chicago untuk praktek sebagai pengacara hak-hak sipil untuk perusahaan Miner, Barnhill & Galland. Dia juga mengajar di University of Chicago Law School, dan membantu mengatur pendaftaran pemilih selama kampanye pilpres presiden Bill Clinton pada 1992.

Pada 3 Oktober 1992, Obama dan Michelle menikah. Mereka pindah ke Kenwood, di South Side, Chicago, dan dikaruniai dua orang putri: Malia (lahir 1998) dan Sasha (lahir 2001).

Obama menerbitkan otobiografinya pada 1995 berjudul Dreams From My Father: A Story of Race and Inheritence. Pada 2006, otobiografi itu dirilis dalam bentuk audiobook dan mendapat penghargaan Grammy untuk Best Spoken Word Album.

Obama mulai terjun ke dunia politik ketika mengikuti kandidasi dalam pemilu Senat pada 1996. Dia menang dalam pemilu tersebut dan terpilih menjadi anggota Senat dari Partai Demokrat untuk wakil Illinois.

Pada 2000, Obama berupaya mengincar kursi Bobby Rush di Parlemen, yang ketika itu masa jabatan Rush sudah berakhir, dalam pemilu Parlemen AS. Namun, gagal. Obama kemudian menciptakan sebuah komite kampanye pada 2002, dan mulai menggalang dana untuk mengikuti pemilu Senat 2004.

Obama menggaet seorang konsultan politik, David Axelrod, dan mulai membaca prospeknya untuk memenangi kursi Senat. Karena angka polling menguat, Obama memutuskan untuk mencalonkan diri untuk kursi Senat yang ditinggalkan Peter Fitzgerald dari Partai Republik.

Dalam pemilu primer Partai Demokrat pada 2004, Obama meraih mayoritas 52% suara, mengalahkan pengusaha multijutawan Blair Hull dan Pengawas Keuangan untuk negara bagian Illinois Daniel Hynes.

Setelah konvensi partai, Obama kembali fokus untuk memenangi kursi Senat dari Illinois. Lawannya dalam pemilu tadinya seharusnya adalah pemenang pemilu primer Partai Republik Jack Ryan, seorang mantan bankir investasi yang kaya raya.

Namun, Ryan menarik diri dari pencalonannya pada Juni 2004, setelah mantan istrinya, aktris Jeri Ryan, mengungkapkan kepada publik terkait dugaan penyimpangan seksual. Pada Agustus 2004, diplomat dan mantan kandidat presiden Alan Keyes kemudian menggantikan Ryan.

Pada pemilu November 2004, Obama memperoleh 70% suara sedangkan Keyes 27%. Kemenangan ini mengantarkan Obama menjadi anggota Senat AS wakil Illinois dan disumpah jabatan pada 4 Januari 2005.

Obama menerbitkan buku keduanya berjudul The Audacity of Hope: Thoughts on Reclaiming the American Dream pada Oktober 2006. Tak lama setelah dirilis, bukunya ini masuk dalam daftar bestseller di peringkat pertama versi New York Times dan Amazon.com.
by : Dwi Astuti

Pada Februari 2007, Obama menghiasi berbagai berita utama dunia ketika ia mengumumkan pencalonannya sebagai presiden AS 2008 dari Partai Demokrat. Dia harus bertarung ketat dengan mantan ibu negara dan juga Senator AS dari New York, Hillary Rodham Clinton.

Meski demikian, pada 3 Juni 2008, Obama yang telah dijagokan kuat oleh Demokrat akhirnya mendapat dukungan penuh dari Hillary Clinton selama masa kampanye. Pada 4 November 2008 menjadi saksi Barack Obama untuk menduduki jabatan Presiden AS, karena dia berhasil mengalahkan John McCain, calon presiden dari Republik.

Dalam pilpres, Obama mengantongi suara 52,9%, sedangkan McCain 45,7%. Pada 20 Januari 2009, Obama resmi dilantik menjadi presiden ke-44 sekaligus menorehkan sejarah sebagai presiden AS keturunan Afrika-Amerika pertama. (dewi.astuti@bisnis.co.id)

bisnis.com/Media Pontianak

Wednesday 10 November 2010

Menkeu harap pasar modal sejahterakan rakyat

by : Dewi Idam Sari

Menteri Keuangan Republik Indonesia Agus Martowardojo mengharapkan pasar modal Indonesia semakin maju ke depan dan bisa menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Menkeu mengatakan hal itu saat membuka Investor Summit and Capital Market Expo 2010 bertema Capital Markets-Gateway to A Better Future hari ini. Menurutu dia, kegiatan tersebut memegang peranan penting dalam promosi kegiatan pasar modal di Indonesia.

Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, 10-11 November 2010 di Jakarta. Sebanyak 28 perusahaan, lebih dari 2.000 peserta, serta 40 media berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Ketua Bapepam-LK selaku ketua penyelenggara, Fuad Rahmany menyatakan kegiatan rutin tahunan yang telah diselenggarakan sejak 2006 ini mengajak pelaku pasar untuk melihat outlook investasi 2011 yaitu bagaimana menentukan strategi yang sesuai dengan proyeksi kondisi investasi 2011.

"Para investor dapat bertatap muka secara langsung dengan manajemen perusahaan yang diharapkan akan memberi update kinerja dan prospek perusahaan ke depan untuk membantu investor dalam membuat keputusan terbaik atas investasi mereka," tuturnya.

Secara umum kegiatan ini mencakup seminar, pameran, dan presentasi kinerja oleh perusahaan tercatat.

"Diharapkan dana investasi yang masuk ke pasar modal akan meningkat" (msw/bisnis.com)


Media Pontianak


Tuesday 9 November 2010

Dicari : PLN Siapkan 'Pasukan Berani Mati'

PT PLN (Persero) menyiapkan 'pasukan berani mati'. Mereka sebagian merupakan didikan negara asing dan akan ditugaskan untuk melakukan pemeliharaan listrik tanpa mematikan listrik.

Dirut PLN Dahlan Iskan mengatakan, para 'pasukan berani mati' ini sebagian dididik di Korea Selatan dan Brasil, dan sebagian lagi merupakan didikan dari Pusdiklat PLN di Semarang. Mereka juga telah dikarantina dan dididik mentalnya di Markas Kopassus Batujajar selama 3 hari.

"Itulah pasukan berani mati yang dibentuk PLN untuk memasuki babak baru pemeliharaan tanpa mematikan listrik," ujar Dahlan kepada detikFinance, Selasa (9/11/2010).

Untuk saat ini, lanjut Dahlan, 'pasukan berani mati' PLN itu masih berjumlah 600 orang dan akan disebar di seluruh wilayah Indonesia. PLN berniat menambah jumlah 'pasukan berani mati' itu hingga 5.000 orang.

Nama resmi dari 'pasukan berani mati' PLN itu adalah Pasukan Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Rencananya, PLN akan menggelar apel besar Pasukan PDKB ini pada Rabu, 10 November 2010 besok di Parkir Timur Senayan, Jakarta.

"Dalam apel besar besok, saya akan dikukuhkan sebagai anggota kehormatan PDKB, dengan syarat harus menjalani inisiasi dengan cara berani memegang kabel listrik dalam keadaan bertegangan," ujar Dahlan.

Rencananya, inisiasi yang akan dilakukan oleh Dahlan Iskan itu akan disaksikan oleh seluruh peserta apel. (qom/dnl/detikFinance)

EMAS Tembus US$ 1.400 per Ounce

Harga emas kembali melonjak menembus rekor tertingginya bahkan sempat menyentuh level psikologis di US$ 1.400 per ounce. Harga minyak juga melonjak ke titik tertingginya dalam 2 tahun.

Investor kembali berburu emas yang merupakan tempat investasi aman, di tengah masalah anggaran Irlandia. Masalah baru itu tetap mampu mendorong kenaikan harga emas meski dolar sudah tak terlalu terpuruk.

Harga emas telah melonjak hingga 6% sesaat sebelum Bank Sentral AS (The Fed) mengumumkan detail dari rencananya untuk menggelontorkan US$ 600 miliar melalui pembelian surat berharga pemerintah AS berjangka panjang. Namun rencana itu juga memicu kekhawatiran inflasi karena berlimpahnya likuiditas.

Pada perdagangan Senin (8/11/2010), harga emas di pasar spot sempat melonjak hingga 1,1% menjadi US$ 1.410,30 per ounce, sebelum akhirnya ditutup pada rekor tertingginya di US$ 1.409,40.Harga emas berjangka Desember juga melonjak US$ 5,50 per ounce menjadi US$ 1.403,20.

Harga logam berharga Paladium juga melonjak 3% hingga menembus US$ 700 per ounce, untuk pertama kalinya sejak April 2001. Harga perak juga melonjak 3% ke titik tertingginya dalam 30 tahun terakhir.

Harga emas dan komoditas lain biasanya melonjak seiring dengan pelemahan dolar AS. Namun kemarin meski dolar AS sudah membaik, harga komoditas tetap melonjak karena adanya kekhawatiran seputar masalah krisis utang di Irlandia.

Pada awal pekan ini, ketidakpastian pasar difokuskan pada Irlandia. Meski pemerintah Irlandia mengaku masih memiliki pendanaan hingga awal 2011, namun sebuah laporan justru mempertanyakan kemampuannya untuk memangkas belanja pada tahun depan sehingga menimbulkan perdebatan seputar permintaan akan surat berharga ke depannya. Biaya untuk melindungi utang pemerintah Irlandia dari gagal bayar langsung melonjak.

"Situasi surat berharga di Irlandia lebih buruk dari ekspektasi, sehingga investor terlihat memindahkan uangnya ke tempat yang lebih aman, yakni emas," ujar Michael Daly, analis khusus emas dari PFGBest seperti dikutip dari Reuters, Selasa (9/11/2010).

Pasar emas juga mencermati pidato dari Presiden Bank Dunia Robert Zoellick yang menyatakan negara-negara maju harus mempertimbangkan untuk mengadopsi ulang standar emas yang dimodifikasi. Zoellick memang hanya mengatakan agar menggunakan emas untuk menuntun pergerakan mata uang, namun Dalu menilai omongan Zoellick itu cukup mampu untuk mendorong lonjakan harga emas.

Harga Minyak Melonjak

Komoditas lain yang ikut melonjak adalah minyak mentah dunia. Harga minyak dunia melonjak dan sempat menembus rekor tertingginya dalam 2 tahun terakhir sebelum akhirnya surut oleh profit taking.

Pada perdagangan Senin, kontrak utama minyak light sweet pengiriman Desember naik 21 sen menjadi US$ 87,49 per barel, yang merupakan tertinggi sejak akhir 2008. Minyak Brent juga naik 35 sen menjadi US$ 88,46 per barel.

"Ini adalah hari yang cukup sunyi setelah kegilaan pada pekan lalu. Hanya sedikit yang bisa mendikte pergerakan di pasar minyak. Hanya menjaga mata pada pasar saham dan penguatan dolar AS," ujar Matt Smith dari Summit Energy seperti dikutip dari AFP.

Nurul Qomariyah - detikFinance

Monday 8 November 2010

FOREX : Ekonomi Membaik Dolar AS Tertekan

by : Bloomberg

Dolar melemah terhadap sebagian besar mata uang papan atas akibat pemulihan ekonomi di seluruh dunia yang semakin kuat, mengurangi permintaan mata uang AS tersebut sebagai investasi.

Dolar merosot terhadap euro sebelum laporan yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan ekspor pada September dan kepercayaan investor Eropa yang meningkat ke level tertinggi dalam 3 tahun. Dolar Australia diperdagangkan mendekati rekor tertinggi terhadap dolar AS akibat prospek imbal hasil di Australia akan bertambah saat Federal Reserve menyuntikkan dana ekonomi untuk mengurangi biaya pinjaman.

"Ini merupakan kondisi yang positif saat pasar percaya bahwa kita tidak hanya memiliki momentum baru dalam aliran data global tetapi para pembuat kebijakan terus mendukung momentum tersebut untuk beberapa lama," ujar Khoon Goh, kepala ekonomi dan strategi pasar di ANZ National Bank Ltd. "Jika pasar bersemangat, mata uang justru cenderung turun."

Dolar melemah menjadi US$1,4071 per euro pada pukul 9:07 di Tokyo dari US$1,4032 di New York pada 5 November. Mata uang ini sempat menyentuh US$1,4282 pada 4 November, level terendah sejak 20 Januari. Terhadap yen, dolar diperdagangkan pada 81.17 yen dari 81.26 yen. Euro menguat menjadi 114.21 yen dari 114.03 yen pekan lalu.

Dolar Australia mencapai US$1,0157 dari US$1,0159 pekan lalu, setelah sempat menyentuh US$1,0183, level terkuat sejak peraturan mengenai valuta asing dicabut pada 1983. Dolar Australia diperdagangkan senilai 82,45 yen dari 82,54 yen.

Goldman Sachs Group Inc mengatakan keputusan Federal Reserve untuk menambah pembelian surat utang akan mendorong pertumbuhan ekonomi setelah bank sentral itu memperingatkan sebulan lalu bahwa prospek ekonomi AS cukup buruk.

"Risiko buruk terhadap prospek ekonomi telah berkurang secara signifikan," tulis Jan Hatzus, kepala ekonom AS di Goldman Sachs Group Inc yang berbasis di New York, dalam sebuah e-mail. AS seharusnya memiliki sebuah pendorong substansial dalam pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Ekspor Jerman, disesuaikan dengan hari kerja dan perubahan musiman, meningkat 1,5% pada September dari Agustus, ketika sempat turun 0,4%, menurut survei Bloomberg News terhadap ekonom sebelum data hari ini keluar. Indeks yang mengukur sentiman dalam kawasan Eropa meningkat jadi 10,0 pada November, tertinggi sejak Desember 2007, dari 8,8 pada Oktober, menurut survei Bloomberg yang lain.

Dolar Australaia diperdangangkan di atas nilai tukar mata uang AS untuk hari keempat setelah bank sentral Australia bulan ini mengatakan pertumbuhan ekonomi akan makin cepat di tahun depan dan dolar Australia akan menguat hingga ikut menahan inflasi. (t04/msw) 

Bisnis.com / Media Pontianak

Ada Apa Greenpeace : "Desakan Greenpeace jangan didengar"

by : Martin Sihombing

Desakan LSM asing Greenpeace, Walhi dan Jatam agar pemerintah menghentikan ketergantungannya terhadap penggunaan batubara sebagai sumber energi mendapat reaksi keras berbagai kalangan.

Lalu Mara Satriawangsa, mengatakan seluruh elemen bangsa Indonesia tidak perlu mendengar kritik Greenpeace. "Untuk apa ditanggapi. Dipikirin aja gak perlu. Biarin sajalah, gak usah dipikirin," ujarnya kepada wartawan di Jakarta.

Menurut Lalu, Greenpeace tidak memberikan kontribusi apa pun kepada negeri ini. "Memangnya apa yang dia berikan kepada negeri ini. Menciptakan lapangan kerja? Tidak. Memberikan kesejahteraan buat masyarakat banyak? Apa lagi, tidak sama sekali," tandas Lalu, juru bicara Aburizal Bakrie, pemilik pertambangan batu bara Kaltim Prima Coal (KPC).

Dalam acara diskusi peluncuran laporan jejak kerusakan batu bara, Greenpeace, Walhi, dan Jatam meminta agar pemerintah dan perusahaan nasional tidak memberdayakan batu bara. ''Batu bara memang murah. Namun efeknya sangat mahal. Mulai dari kerusakan hutan ketika pembukaan pertambangan batubara, sampai kerusakan lingkungan, manusia, dan iklim," ujar Arif Fiyanto, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara.

Melanjutkan keterangannya, Lalu, mengatakan, desakan Greenpeace dan kedua LSM tersebut sangat tidak rasionil. Sebab, batu bara merupakan salah satu sumber devisa negara yang besar. Selain itu, sangat banyak masyarakat yang kehidupannya tergantung dari hasil batu bara.

"Di sana ada jutaan orang yang kehidupannya sangat tergantung dari batu bara," katanya. Lalu sangat yakin, pemerintah tidak mungkin menanggapi kritikan yang dilontarkan Greenpeace.

"Apalagi Indonesia merupakan negara berkembang yang masih sangat membutuhkan pendapatannya dari hasil bumi.

Anggota Komisi VI DPR Hendrawan Supratikno mengaku curiga dengan gerakan Greenpeace yang memaksa PLN agar tidak menggunakan batu bara sebagai sumber energi, merupakan pesanan dari perusahaan global. Karena itulah pernyataan Greenpeace itu harus dikaji lagi.

"Kalau Indonesia tidak menggunakan batu bara, lalu hasil tambang batu baranya kan harus diekspor. Kalau begitu, asing lagi yang untung. Padahal kita sendiri membutuhkan batu bara untuk mengurangi penggunaan BBM," ungkapnya.

Menurut Hendrawan, kalau PLN menggunakan batu bara sebagai sumber energinya, maka daya saing Indonesia di pasar global bisa lebih baik, ketimbang menggunakan energi lain yang jauh lebih mahal.

"Kalau kita mendengarkan kritikan Greenpeace, bisa dipastikan kita tidak punya daya saing lagi. Akhirnya, perusahaan asing lagi yang diuntungkan," ujarnya.

Hendrawan malah balik mendesak agar Greenpeace tidak menggunakan standar ganda dalam berkampanye. Artinya, ketika mereka mengkritik negara-negara lain, standarnya jangan berbeda dengan standar kritikan yang ditujukan kepada Indonesia.

Sementara yang terjadi, ketika mereka mengkritik negara lain, standar yang dipakainya berbeda. Padahal penggunaan batu bara di negara-negara maju jauh lebih besar dibanding Indonesia. Dengan menggunakan standar kritik seperti yang dilakukan Greenpeace kepada Indonesia, berarti telah menyuruh Indonesia untuk menutup semua usahanya.

"Kalau dia mengkritiknya seperti itu, sama saja dia bilang, perusahaan Indonesia yang tidak kuat bersaing, tutup saja. Padahal, justru kita ingin memperkuat diri agar bisa lebih tangguh," tandasnya. Karena itulah, sebaiknya kritik Greenpeace itu tidak perlu ditanggapi, baik oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan nasional. (msb)

Bisnis.com/Media Pontianak

Saturday 6 November 2010

Trading the Nonfarm Payrolls Release

by : Thomas Long, Course Instructor

However, more often than not, new traders are not the one’s profiting but rather losing. The main reason is slippage, which is when your order is filled away from the price you wanted. The reason for slippage is simple, big traders stay away from these events and new traders all try to do the same thing at the same time. If the release is bullish for the EUR/USD, everybody wants to buy at the same time. However, most find that there is nobody willing to sell to them at their price. But eventually your order is filled, but at the seller’s price. Soon you find the market moving against you and you exit to keep your losses from getting too big. But what about those who were selling to you? As the market continues to fall, you start to wonder about these traders who sold to you and the fact that they are now making money. What did they do differently?

These traders were playing the reversal and taking advantage of the fact that the first move after a release is often based on emotions and wrong. Here is a 5-minute chart and an example of a reversal after a release of the Nonfarm Payrolls. We can see that just before the release, the EUR/USD was trading at 1.4892. After the release, the market started to rally up to just above the 1.4950 level. The market then started to reverse and traders who were playing the reverse sold at the price the market was trading just before the release. The assumption here is that all traders who bought after the release are now in a losing trade and are selling to get out. So these new traders sell at 1.4892 to get in and use a 50 pip stop with a 100 pip limit order to take profit, which is what we recommend in our DailyFX Courses. 

This is our 1:2 risk:reward ratio and allows us to be profitable if only winning 34% of these setups. The market soon moved down 100 pips from the 1.4892 entry and rewarded those who were patient and reacted to the market environment rather than the emotional first response to the release. These reversal traders will also use the EUR/USD as much as possible in these situations because of the increased volume and better fills. But you don’t have to be first to get into the trade to be right, you just have to be patient and react to the market and not the news release. The EUR/USD doesn’t act like this on every release, but it does frequently enough to make this a valuable strategy.


DailyFX/Media Pontianak



Friday 5 November 2010

Abu Merapi Sampai di Puncak Bogor

Abu vulkanik Merapi mulai masuki kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Abu tipis ini turun disertai hujan gerimis yang mengguyur kawasan itu.

"Abunya terlihat di kaca mobil saya, " kata Doni Suryantoro, salah seorang pengendara mobil kepada detikcom, Jumat (5/11/2010).

Doni menjelaskan, titik-titik abu tersebut mulai terlihat saat memasuki kawasan Puncak Pass. Namun abu tersebut belum mengganggu jarak pandang.

"Saya naik mobil dari Cianjur menuju Puncak. Sedangkan abunya mulai terlihat di Puncak Pass," katanya.

Doni menjelaskan, hujan abu di Bogor tersebut belum membahayakan. "Masih tipis, jadi tidak berbahaya," katanya. Abu juga dilaporkan telah terlihat di Sukabumi, ratusan km dari Merapi.
(nal/nrl) 

DetikNews

Thursday 4 November 2010

Gencatan senjata perang kurs ala G-20

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral kelompok G-20 sepakat melakukan "genjatan senjata" atas perang kurs dalam pertemuan yang digelar di Gyeongju, Korea Selatan pada 23-24 Oktober.

"Kami berjanji meredakan ketegangan kurs dengan menghindari devaluasi [menurunan nilai] mata uang, menjaga volatilitas kurs tidak terlalu besar, dan melindungi negara berkembang dari dampak arus modal fluktuatif," tulis komunike G-20 yang dirilis pada situs resmi forum kerjasama multilateral itu.

Untuk mendukung keberhasilan genjatan senjata ini, G-20 menugaskan International Monetary Fund (IMF) mengawasi konsistensi kebijakan fiskal, moneter, sektor keuangan, struktural, dan nilai tukar negara anggota pascagencatan senjata.

Tampaknya, Menteri Ekonomi Jerman Rainer Bruederle cukup berperan sebagai penengah guna menghasilkan kesepakatan ini. Dia meminta China melepas yuan ke pasar dan Federal Reserve (The Fed) harus mendengar kritik G-20 atas sikap moneternya.

Selebihnya, gencatan senjata itu merupakan buah dari kesadaran perwakilan 19 negara ditambah Uni Eropa akan bahaya perang kurs bagi masa depan perekonomian global. Meskipun sudah merambah ke sejumlah negara, perang kurs awalnya dipicu oleh China dan Amerika Serikat.

Bank Indonesia (BI), sebagai satu-satunya bank sentral di Asia Tenggara dari anggota G-20 ikut menyanggupi janji ini. Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan akan berkonsolidasi dengan bank sentral di Asia melalui forum bank sentral. (Bisnis, Senin 25 Oktober)

Dia mengatakan perang kurs, istilah yang disampaikan Menkeu Brasil Guido Mantega pada 27 September 2010, tidak dapat diselesaikan sendiri. Perang mata uang sama saja dengan perang tarif pada tahun 1930-1940-an yang dapat merusak merusak pasar dan perdagangan.

Meski ada kesadaran atas bahaya perang kurs, sejumlah kalangan masih pesimistis mengenai realisasi gencatan senjata di G-20 itu. Oh Suk Tae, ekonom SC First Bank Korea Ltd di Seoul, seperti dikutip Bloomberg, dia mengatakan tidak yakin apakah perang kurs berakhir.

Setidaknya ada 2 alasan kuat yang memunculkan keraguan atas pelaksanaan janji ini.

Pertama, G-20 tidak dapat memberlakukan sanksi tegas bagi pelanggar kesepakatan. Tidak berlebihan rasanya jika Martin P.H. Panggabean, Ekonom Independen Kelompok Studi QuantaPrima, mengibaratkan G-20 seperti lapo tuak di Tanah Batak. (Bisnis, Senin, 28 Juni)

Martin mengatakan G-20 bukan institusi resmi dan tidak demokratis, tidak ada voting, dan tidak transparan karena banyak hal diselesaikan di belakang layar, semua peserta datang dengan masalah dan kepentingan masing-masing.

Kedua, tidak semua negara yang dituding memicu peran kurs mengaku bersalah. Sampai saat ini, China masih membantah tudingan mempertahankan yuan undervalue (di bawah nilai sebenarnya) untuk mendorong ekspor. Artinya, negara yang dinilai sebagai pemicu perang tak rela mengibarkan bendera putih.

Wakil Menteri Perdagangan China Zhong Shan di sela-sela Sidang Tahunan IMF bulan ini mengatakan profit margin atas ekspor China di bawah 2%, dan sebagian besar keuntungan eksportir dari peningkatan inovasi dan memangkas biaya.

Negara itu membiarkan yuan menguat 21% terhadap dolar AS dari 2005 sampai 2008, sewaktu mengadopsi sistem mata uang mengambang, tetapi yuan dipertahankan hampir tidak bergerak terhadap dolar AS guna membantu eksportir dari krisis global.

"Air tidak dapat mendidih dengan suku 99 derajat Celsius, tetapi banyak eksportir kami yang akan bangkrut jika yuan dinaikkan lebih dari 1 derajat," jelasnya.

Menjelang pertemuan dengan Perdana Menteri China Wen Jiabao di sela-sela Sidang Umum PBB pada bulan lalu, Presiden AS Barack Obama mengatakan nilai tukar yuan lebih rendah dari kondisi pasar yang sebenarnya sehingga memberi China keuntungan dagang.

Wen langsung membantah dan menuding AS tidak adil karena mendapat keuntungan dari penerbitan dolar AS dan obligasi secara besar-besaran. Data Bank for International Settlements menyebutkan perdagangan mata uang per hari sekitar US$4 triliun, di mana sekitar 80% melibatkan dolar AS.

Lain lagi, dengan Asia. Kawasan ini mengaku derasnya arus modal masuk memperkuat nilai tukar lokal, sehingga harus diturunkan, jika tidak mengancam kelangsungan ekspor.

Tidak adanya pengakuan atas prilaku yang memicu perang kurs memunculkan kecurigaan atas kebijakan ekonomi.

Lihat saja, kebijakan bank sentral China (People\'s Bank of China/PBOC) menaikkan suku bunga pinjaman dan simpanan pertama sejak 2007 sebesar 0,25% pada pekan lalu, tidak serta merta disambut positif oleh pasar dan kalangan ekonom.

Kebijakan itu seharusnya dapat memperkuat yuan, sehingga mengurangi perang kurs. Namun, tidak demikian dikatakan Thomas R. Rumbaugh, Division Chief IMF untuk Asia Pasifik yang juga mantan Mission Chief IMF untuk China.

Tambah amunisi
Rumbaugh malah menilai China memperkuat kemampuan menghadapi perang kurs, di mana dengan suku bunga tinggi, berarti kalangan investor dapat menghasilkan laba yang lebih besar lagi di negara itu, sehingga mendorong aliran masuk modal (capital inflow) dan meningkatkan cadangan devisa.

Cadangan devisa merupakan amunisi terbaik mengintervensi nilai tukar. Artinya, China mengantisipasi ledakan perang kurs.

Jika proyeksi ini benar, bukankah ini juga menjadi salah satu kepatuhan atas solusi yang dianjurkan dari Sidang Tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington pada 8-10 Oktober.

Dalam pertemuan itu, Jose Vinals, Direktur Departemen Moneter dan Pasar Modal IMF mengatakan cara terbaik berlindung dari konsekuensi perubahan kurs valuta asing atas neraca keuangan adalah memiliki buffer kuat untuk mengakomodasi setiap perubahan.

Tidak cukup sampai di sini. AS juga masih memiliki amunisi menghadapi perang kurs. Salah satunya, RUU Tentang Reformasi Nilai Tukar Mendorong Perdagangan Adil yang dibahas Kongres AS pada saat ini.

Jelas-jelas RUU itu ditujukan untuk sanksi atas yuan melalui pembentukan tarif khusus jika mata uang China itu di nilai undervalue.

Gencatan senjata baru saja terjadi, para menteri keuangan dan pemimpin bank sentral anggota G-20 mungkin saja baru tiba di negara dan sudah disibukkan dengan urusan domestik.

Tidak ada yang dapat memastikan kepatuhan anggota G-20 atas kesepakatan itu, tetapi dapat dipastikan China akan melakukan pembalasan jika Obama menandatangani RUU nilai tukar. Semoga ini tidak memicu perang yang lebih parah. (ESU)

sumber : Bisnis.com

Wednesday 3 November 2010

Trading is a Business

by  : Kerry Johnston

Many investors lose their money and this is mainly because they are not prepared to put the time into their trading activities. Trading and investing is like any other business, what you get out of it is relative to what you put into it. In other businesses you find a market, you learn a skill, and then develop that skill until it is better than other people in the same business. Trading is the same - it is a business - and if you want to be one of the financially secure you will have to work at it. In conventional business you have to be focused, disciplined, committed, hard working, forceful, and in control. To be successful in your trading business you can't be forceful or control the market, all you can do is identify what is happening and go with it to profit.

You can't rely on tips or one lucky trade to secure your future; you have to continuously work at it until you have developed a trading strategy. Once you have a strategy that works for you don't keep messing around with it. I have read in other articles that you should keep searching for different indicators and systems to improve your trading. Successful traders know the main part of their trading business is the development of their trading skills not continually looking for the 'Holy Grail'. When you have a set of trading rules that suit you, and the skills to implement them, you take the stress and anxiety out of trading and it will become enjoyable. Then you can create a dynamic business that will help secure your financial future.

Investing or Trading is a Probability Game

Investing is a probability game and nothing is certain. It doesn't matter how much supporting information you have for your trading decision, it is still just a probability. If it was possible for absolute certainty of an up move, then there would only be buyers (and no sellers) in the market and no trade could take place. Once you realize this, then it is easier to accept your losing trades without going through the emotions of accepting that the trade was wrong and you must get out of it.

Successful traders know that they have to identify a probable trend direction with an acceptable risk. Once this is determined, they take the trade using sound money management to protect their capital.


Risk management and money management are vital in trading to protect your capital and stop the stress that arises from the uncertain outcome of a trade. If you don't have good money management then this stress will affect your decision making. When you accept that trading is a probability game and you manage your risk, then trading becomes profitable and enjoyable.


Media Pontianak

Tuesday 2 November 2010

Fed Will Probably Start $500 Billion of Bond Buys, Survey Shows

By Caroline Salas and Alex Tanzi

The Federal Reserve is likely to start a fresh round of unorthodox stimulus tomorrow by announcing a plan to purchase at least $500 billion of long-term securities, according to economists surveyed by Bloomberg News.

Policy makers meeting today and tomorrow will restart a program of securities purchases to spur growth, reduce unemployment and increase inflation, said 53 of 56 economists surveyed last week. Twenty-nine estimated the Fed will pledge to buy $500 billion or more, while another seven predicted $50 billion to $100 billion in monthly purchases without a specified total. The remainder said the Fed would buy up to $500 billion or didn’t quantify their forecast.

The varied responses reflect differences among Fed officials over the total amount of purchases needed to bolster the recovery. Policy makers, pursuing unprecedented stimulus, have cut the benchmark rate almost to zero and bought $1.7 trillion in securities without generating growth fast enough to bring down unemployment from near a 26-year high.

“There’s no silver bullet right now,” and central bankers have “very few options left in terms of lowering interest rates,” said John Silvia, chief economist at Wells Fargo Securities LLC in Charlotte, North Carolina. He predicted $500 billion of Treasury and mortgage-backed securities purchases over the next six months.

Shock-and-Awe Plan

Disagreements among policy makers over whether to incrementally expand the balance sheet or stage a so-called shock-and-awe program of big asset purchases has created confusion among investors over the likely size and duration of any new easing, said Ward McCarthy, chief financial economist at Jefferies & Co. in New York.

“There has not been a uniformity of opinion emanating from the multitude of public appearances from Fed officials,” McCarthy said. He predicts the Fed will buy $500 billion of securities over the next six months and was among 13 economists who said the purchases would include mortgage-backed bonds in addition to Treasuries.

New York Fed President William Dudley set expectations at $500 billion in purchases when he said in an Oct. 1 speech that purchases totaling about that amount would add as much stimulus as lowering the Fed’s benchmark rate by 0.5 percentage point to 0.75 percentage point.

Dudley put the $500 billion figure “in there and it sounded like he was trying to move it along in that direction,” said Chris Rupkey, chief financial economist at Bank of Tokyo- Mitsubishi UFJ Ltd. in New York, who predicts the Fed will announce up to $500 billion of purchases by March.

Many Variables

Referring to investor expectations of the central bank’s next move, Rupkey said, “It’s a mess and it’s just because there’s too many variables between the amount and the time period.”

St. Louis Fed President James Bullard said Oct. 21 the Fed should buy $100 billion in long-term Treasuries this month and calibrate subsequent purchases based on the course of the economy. Atlanta Fed President Dennis Lockhart said that a pace of $100 billion of purchases a month is “in the range of numbers one might consider.”

Estimates by economists about the duration of a Fed asset purchase program ranged from as short as three months to as long as the end of 2011. Three analysts said the Federal Open Market Committee wouldn’t announce new stimulus.

Favorable Reaction

“It’s highly unlikely that anyone’s going to get all the details right because going into the meeting Fed officials themselves won’t have agreed on all of” them, Jefferies’ McCarthy said. He said he expects the Fed to buy mortgage-backed securities because it would be a positive surprise, and the central bank wants a “favorable market reaction.”

The lack of clarity over the Fed’s plans has played out in the Treasury market, which handed investors a loss of 0.18 percent in October, the first negative monthly return since March, according to index data compiled by Bank of America Merrill Lynch. After falling to 2.38 percent on Oct. 7 from 2.51 percent on Sept. 30, the yield on 10-year Treasuries has since climbed to 2.63 percent as of late yesterday, Bloomberg data show.

Not all Fed officials agree the central bank should start new stimulus measures. Kansas City’s Thomas Hoenig, who has already dissented six straight times, said Oct. 25 that he opposes more easing because it’s “a very dangerous gamble” that may accelerate inflation and create asset-price bubbles. Dallas Fed President Richard Fisher and the Philadelphia Fed’s Charles Plosser have also spoken out since the FOMC’s last meeting against more action by the central bank.

Raise Inflation

Chicago Fed President Charles Evans said several times last month that the central bank needs to take action and should buy securities on a large scale to carry out his preferred strategy of aiming to raise inflation temporarily.

“They’re in uncharted waters here, and no one really knows, we’re all guessing” about the size and duration of the easing program and its ultimate impact, said Stephen Stanley, chief economist at Pierpont Securities LLC in Stamford, Connecticut. “I haven’t seen anybody out there who has made a convincing case that this is anything but a trivial boost for the economy.”

The central bank last month asked bond dealers and investors for projections of its asset purchases over the next six months, along with the likely effect on yields. The New York Fed, the branch of the Fed System that implements monetary policy, asked about expectations for the size of the program and the time over which it would be completed, according to a survey obtained by Bloomberg News.

Incremental Tactic

Stanley predicted the Fed will opt for the incremental tactic and announce a program to buy $200 billion of Treasuries by its Jan. 26 meeting.

“They want to preserve flexibility and to have the option of tweaking the pace as they go based on whatever it is that they choose to look at,” Stanley said.

“Clearly the thrust of this is to get long-term rates lower, but when you listen to what they say about it, they don’t even plan to get a lot of juice out of what they want to do,” he said. “What does that do for the economy?”

Dudley, who is also vice chairman of the FOMC, said in the Oct. 1 speech that the central bank would probably need to act to address “unacceptable” job growth and inflation.

The U.S. economy expanded at a 2 percent annual rate in the third quarter and inflation cooled, Commerce Department figures showed Oct. 29 in Washington. The report showed the inflation gauge watched by the Fed rose the least in almost two years as retailers like Wal-Mart Stores Inc. and Target Corp. use discounts to lure shoppers.

Raise Expectations

In addition to a new round of asset purchases, policy makers are also considering efforts to boost public expectations that inflation will rise, according to the minutes of the FOMC’s Sept. 21 meeting.

All but two economists predict the Fed will leave the interest rate on excess reserves unchanged at 0.25 percent. Fifteen analysts, including McCarthy, say the Fed will alter the phrase that its benchmark interest rate will stay near zero for an “extended period,” which was introduced in March 2009.

“They’ve been telling us they’ve been considering a change to the ‘extended period,’ so at some point they’re going to do it and this is as good a time as any,” McCarthy said.

The questions were as follows:

1a. At the FOMC’s Nov. 2-3 meeting, will the committee decide to (choose one):

a) Retain the current policy of keeping a constant level of the Fed’s securities holdings by reinvesting principal payments from agency debt and agency mortgage-backed securities in longer-term Treasury securities

b) Increase the level of securities holdings through additional asset purchases

Result (56 replies): A, 3; B, 53.

1b. If you answered (b) to the last question, please provide your predictions on the following possible elements of the announcement:

a. The amount of additional purchases announced in billions

of dollars:

b. The length of time for the additional purchases to be

completed:

c. The types of securities to be purchased:

1) Treasuries

2) mortgage-backed securities

3) both Treasuries and MBS

4) other (please elaborate)

Result (53 replies): a) 29 expect $500 billion or more; 7 predicted monthly purchases of $50 billion to $100 billion without specifying a total; 12 predicted up to $500 billion; 5 didn’t specify an amount.

b) 7 predicted monthly purchases with no timeline; 9 predicted up to three months; 17 said between three and six months; 9 said between six months and one year; 5 said through 2011; 6 didn’t specify a pace or timeline.

c) 38 said Treasuries (including Treasury-Inflation Protected Securities); 13 said both Treasuries and MBS (including one that also predicted agency bond purchases); 2 didn’t specify.

2. Will the FOMC statement following the Nov. 2-3 meeting include any changes to the following sentence: “The Committee will maintain the target range for the federal funds rate at 0 to 1/4 percent and continues to anticipate that economic conditions, including low rates of resource utilization, subdued inflation trends, and stable inflation expectations, are likely to warrant exceptionally low levels of the federal funds rate for an extended period.” Yes or no.

Results (49 replies): Yes, 15; No, 34.

3. Will the Fed decide at the Nov. 2-3 meeting to reduce the 0.25 percent interest rate on excess reserves? Yes or no.

Results (47 replies): Yes, 2; No, 45.

To contact the reporters on this story: Caroline Salas in New York at csalas1@bloomberg.net; Alex Tanzi at atanzi@bloomberg.net

Sources :  Bloomberg