UNDER CONSTRUCTION - WEBSITE DALAM PERBAIKAN - TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Forex adalah Bisnis yang mengandung RESIKO SANGAT TINGGI, tidak seorangpun yang mampu mengendalikan pergerakan Forex ini "...harga bergerak secara acak tidak akan menjamin seseorang bisa profit secara terus menerus karena Forex adalah PERMAINAN PSIKOLOGI" kata Bill William yang terkenal dengan Chaos Teory-nya.

TRADING ADALAH BISNIS PALING JUJUR, Bisnis mandiri terlepas dari kekurangan dan kelebihannya

Trading Forex di Indonesia masih menjadi bisnis negatif bagi sebagian kalangan masyarakat kita, cap negatif itu masih menghantui dan memberikan sinyal untuk segera meningalkan bisnis ini. Ada Apa Dengan Trading ?

STRATEGY TRADING : INDICATORS VS NAKED TRADING

Dalam melakukan transaksi Forex apa yang sebaiknya kita pakai sebagai acuan dalam trading ? Amati Candlestick anda satu persatu, karena setiap perpindahan candlestick adalah signal buat kita.

Surat Keputusan (SK) No.75/BAPPEBTI/Per/12/2009 tentang Pialang Asing (PMA) di Indonesia.

PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) SEGERA bekerja sama dengan Pialang Berjangka Luar Negeri untuk dapat langsung bertransaksi di Bursa Komoditas kedua di Indonesia ini. Pialang Luar Negeri dapat langsung bertransaksi di Bursa Tanah Air TANPA HARUS memiliki Kantor Perwakilan di Indonesia.

TIPS TRADING : NASEHAT DARI MASTER FOREX DUNIA

“Trading itu tidak sulit. Apa yang sulit adalah disiplin dan komitmen yang diperlukan dalam aktivitas trading" - Michael Miligan. “Tidak ada alasan untuk tawar-menawar lebih delapan poin. Segera saja lakukan pembelian. Begitu juga ketika turun, jika anda berpikir harga akan turun, segera saja lakukan penjualan.” - David Ryan

Ratings and Recommendations by Outbrain

Friday 22 October 2010

Pertunangan Dini : Saling Cinta, Bocah Imut Bertunangan

by : Yuli (sumber : Daily Mail)

Pernikahan anak dikutuk oleh kelompok hak asasi manusia internasional. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bahkan merekomendasikan agar saban negara mengadopsi aturan bahwa usia minimum menikah adalah 18 tahun, laki maupun perempuan.

Tapi di Syiria, ada orangtua pihak pria dan perempuan sama-sama setuju anak mereka bertunangan pada usia yang sangat belia. Ini mungkin akan tercatat dalam rekor dunia karena calon mempelai pria, Khalid, masih berumur lima tahun.

Sedangkan calon istrinya, Hala, masih tiga tahun. Jadi, kedua bocah itu masih dapat digolongkan sebagai anak di bawah lima tahun, biasa disingkat sebagai balita.

Orangtua kedua mempelai tidak hanya menanggapi serius, tetapi bahkan mengatur seremoni dan membelikan cincin pertunangan untuk saling bertukar layaknya calon pengantin dewasa.

"Kami tahu, Khalid dan Hala mungkin berubah pikiran nanti, tapi apa yang kami ketahui saat ini adalah bahwa mereka sangat bahagia dan bercengkerama setiap hari."
 kata Juma, ayah calon mempelai pria.

Kata orangtuanya, Khalid dan Hala memutuskan pertunangan itu atas kehendak bebas mereka, meskipun mereka baru akan menikah setidaknya 10 tahun lagi.

"Kami tahu, Khalid dan Hala mungkin berubah pikiran nanti, tapi apa yang kami ketahui saat ini adalah bahwa mereka sangat bahagia dan bercengkerama setiap hari," ujar Juma, ayah si Khalid, kepada Gulf News. "Khalid menunggu berusia 15 tahun untuk menikahi Hala."

Dikisahkan, Khalid bertemu dan jatuh cinta pada Hala ketika sedang berlibur di Lattakia, kawasan pantai Mediterania Syria.

Khalid diduga kasmaran ketika kembali ke rumahnya di kota Homs, sekitar 100 mil di utara Damaskus, ibukota Syiria. Ia ngambek jika Hala tidak berada di dekatnya.

"Khalid bilang kepada saya dan ibunya, dia ingin tinggal bersama Hala atau membawanya ke rumah di Homs," kata Juma.

Alih-alih menganggap ini sekadar cinta monyet, orangtua Khalid justru menelepon orangtua Hala untuk meminta pendapatnya.

"Dia bilang, anak perempuannya menunjukkan gejala serupa karena merasa sendiri, dan keluarganya akan sangat bahagia jika mereka bertunangan," lanjut Juma.

Khalid adalah anak tunggal setelah 20 tahun perkawinan Juma. Saat mengalami kesulitan selama hamil, ibunya bersumpah bahwa jika anaknya lelaki, dia akan ditunangkan pada usia lima tahun dan akan menikahkannya dengan perempuan pilihannya saat anak lelakinya berusia 15 tahun.

Kini, sumpah itu jadi kenyataan. Khalid si lelaki dari Homs itu sudah jatuh cinta di usia lima tahun.

Kompas.com/Media Pontianak

Thursday 21 October 2010

Hot Money, Prospek Global, & Fundamental Kita

by :  Sunarsip 

Dalam sebulan terakhir ini, bursa efek kita mengalami booming yang ditandai dengan melonjaknya IHSG hingga tembus 3.600 poin pada minggu lalu. Ditengarai, melonjaknya kinerja bursa ini didorong oleh masuknya dana-dana jangka pendek (hot money).

Berdasarkan data Bank Indonesia,pada triwulan III 2010, investor asing mencatat transaksi net beli rata-rata Rp225 miliar per hari atau naik signifikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp60 miliar per hari.

Membaiknya faktor fundamental ekonomi kita menjadi salah satu faktor di balik derasnya arus hot money. Namun, pengaruh eksternal juga turut mendorong situasi ini. Perlu diketahui, kondisi perekonomian global saat ini masih diliputi ketidakpastian. Pada pertengahan 2009, sejumlah kalangan sempat optimis krisis global akan cepat pulih.

Optimisme ini dapat dilihat dari beberapa kali IMF menaikkan outlook-nya terhadap pertumbuhan ekonomi global yaitu dari 3,9% pada Oktober 2009 menjadi 4,6%. Namun, optimisme ini kembali terkoyak akibat krisis utang di Eropa pada awal 2010. Akibatnya, outlook ekonomi global kembali terkoreksi.

Perekonomian Eropa saat ini memang tumbuh, tetapi laju pertumbuhannya sangat lambat. Pada triwulan II 2010, Eropa hanya tumbuh 1,0% (qtq) atau 1,9% (y-o-y). Itu pun ditopang oleh pertumbuhan ekonomi Jerman dan Prancis. Sementara itu, Yunani, Portugal, dan Spanyol masih mengalami perlambatan sebagai dampak dari austerity program. Aktivitas manufaktur juga mulai melambat seperti terindikasi oleh tren penurunan purchasing managers index (PMI).

PMI Composite Output Index untuk Zona Eropa September 2010 berada di level 53,8, atau turun dibandingkan April 2010 yang di level 60,0.

Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat (AS). Selama September 2010,kondisi ekonomi AS masih kurang menjanjikan. PMI sektor manufaktur dan non-manufaktur terus menurun selama 4 bulan terakhir. Meski tren konsumsi di AS membaik, laju pertumbuhannya masih relatif kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor konsumsi masih tertekan disebabkan oleh tersendatnya ekspansi kredit, meningkatnya pesimisme konsumen, dan tingkat pengangguran yang tinggi (9,6% pada Agustus 2010).

Untuk mendorong pemulihan ekonomi, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah, yaitu 0,25%. The Fed juga melakukan kebijakan quantitative easing dengan membeli obligasi Pemerintah AS. Sehingga tidak mengherankan jika imbal hasil US T-Note bertahan di level rendah. Kebijakan The Fed ini berpotensi memperbesar utang Pemerintah AS. Dan jika kebijakan The Fed ini kurang efektif,bukan tidak mungkin akan terjadi resesi ekonomi dunia lagi (double dip).

Secara umum, perekonomian global memang lesu, khususnya dalam 5 bulan terakhir. The Global PMI Output Index pada September lalu turun menjadi ke level 52,6 dari level57,7 pada April 2010. Hal yang sama juga dialami oleh kinerja ekspor secara global. Bahkan indeks PMI ekspor global pada September lalu adalah yang terendah dalam 14 bulan terakhir.

Dengan berbagai kondisi di atas, tidak mengherankan bila para investor lalu mengalihkan dananya ke emerging market. Sekalipun mungkin mereka "terpaksa" membeli aset yang memiliki risiko cukup tinggi. Hal itu tetap dilakukan, mengingat imbal hasil yang diberikan emerging market relatif lebih tinggi dibandingkan oleh AS dan Eropa, sehingga masih bisa meng-cover faktor risiko.

***

Kondisi eksternal yang kurang mengesankan, ditambah dengan kondisi internal yang baik itulah yang akhirnya mendorong hot money mengalir ke pasar keuangan Indonesia. Tahun ini, ekonomi kita diperkirakan tumbuh 6,0%-6,3% dan pada tahun 2011 mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sektor konsumsi, ekspor, dan investasi. Dari sisi harga, inflasi masih tetap terkendali sekalipun trennya meningkat.

Sekalipun membaik, tetapi sejatinya hal ini tidak bisa disimpulkan bahwa fundamental ekonomi kita telah kuat. Sebab, kalau kita cermati dari perkembangan ekonomi kita terdapat banyak fenomena ekonomi yang tidak sinkron dengan capaian kinerja ekonomi ini.

Sebagai misal, pada triwulan II 2010, ekonomi kita tumbuh 6,17%, terutama disumbang oleh sektor jasa. Subsektor pada sektor jasa tumbuh antara 4,76% - 12,91%. Sementara itu, pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan II 2010, sektor pertanian hanya tumbuh 3,08% (yoy) dan sektor manufaktur tumbuh 4,29%.

Sayangnya, peningkatan kinerja sektor jasa tersebut ternyata tidak menimbulkan multiplier effects yang kuat terhadap penyerapan tenaga kerja (employment). Berdasarkan kajian Kementerian Keuangan (2008) disebutkan bahwa pascakrisis, kinerja sektoral ekonomi kita turun drastis dibandingkan dengan sebelum krisis.

Pada 2003-2007, sektor jasa masih mengalami pertumbuhan yang mengesankan yaitu 7,81%. Sayangnya, pertumbuhan penyerapan tenaga kerja (employment) di sektor jasa hanya 4,52% atau elastisitasnya hanya 0,58 (lihat tabel).

Fenomena ini bertolak belakang dengan yang terjadi di negara-negara lain, khususnya negara dengan tingkat penghasilan menengah ke atas. Berdasarkan riset McKinsey Global Institute (2010), sektor jasa selain menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian, juga menjadi sumber penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

Setidaknya, terdapat dua hal yang dapat dimaknai dari fenomena ini. Pertama, pertumbuhan sektor jasa yang tinggi ini belum ditopang oleh daya saing yang berbasis kompetensi. Pertumbuhan sektor jasa ini bisa jadi sebagian besar merupakan andil dari teknologi, SDM, ataupun modal dari asing.Kedua, rendahnya kinerja sektor pertanian dan manufaktur menunjukkan bahwa pertumbuhan yang terjadi pada kedua sektor ini bukan disebabkan oleh daya saing kompetitif produk-produk yang dihasilkan, melainkan masih bergantung pada keunggulan komparatif.

Kesimpulannya, ekonomi kita saat ini memang membaik. Namun, hal itu hendaknya tidak membuat kita terlalu berpuas diri. Ini mengingat, banyak hal yang perlu dibenahi terkait dengan fundamental kita. Terkait dengan itu, maka derasnya arus hot money saat ini hendak juga disikapi sebagai suatu tren yang sangat sementara.

Mengingat bahwa situasi global saat ini dan ke depan masih belum pasti, hot money diperkirakan masih akan bertahan setidaknya hingga semester I 2010. Oleh karena itu, momentum ini perlu dimanfaatkan para pelaku usaha. Caranya, dengan melakukan aksi-aksi korporasi untuk memanfaatkan dana-dana jangka pendek ini dengan menerbitkan saham atau obligasi agar kita bisa mengoptimalkan hot money ini secara maksimal bagi perekonomian.

Oleh Sunarsip
Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligence (IEI)

Media Pontianak

Pasar yang KIAN CUEK terhadap POLITIK

BY : Sutan Eries Adlin

Empat gadis berseragam putih abu-abu, ditemani dua kawan lelaki mereka, terlihat sedang asyik sendiri. Padahal, tak jauh, hanya berjarak 5 meter, asap hitam dari ban yang dibakar membubung.

Seorang reporter TV, saya bisa pastikan memang sengaja, mengambil posisi dekat kobaran api yang sudah mengecil itu. Di latar belakang pewarta perempuan itu, seorang mahasiswa tengah berorasi dengan bahasa yang khas aktivis jalanan diselingi pekikan koleganya. "Turunkan SBY sekarang juga." Begitu teriakan yang sering terdengar.

Anda yang kebetulan nonton tayangan langsung TV itu dari jalan antara Megaria dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, mungkin membayangkan sesuatu yang seram terjadi di tengah demonstrasi memperingati setahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Apalagi kemarin ada mahasiswa yang kabarnya berasal dari Universitas Bung Karno, Farel Restu, tertembak di kaki saat melakukan aksi demonstrasi.

Padahal, ketegangan di layar TV itu ternyata, menurut saya, tidak seseram yang sebenarnya terjadi di lapangan. Mahasiswa yang turun ke jalan dekat Megaria itu tidak lebih dari 150 orang. Di markas LSM Bendera di bekas kantor PDI Perjuangan Jalan Diponegoro, hanya tampak tidak lebih dari 50 orang. Itulah yang terjadi.

Tidak percaya? Dengar saja jawaban Rizki Akbar, salah satu anak SMA itu. "Nggak takut ngeliat demo gini...? tanya saya.

"Gak, kita malah memang sengaja liat. Kebetulan sekolahan kita deket," ujarnya enteng.

Sebagian masyarakat Jakarta sepertinya memang sudah tidak peduli lagi dengan demonstrasi yang kerap terjadi. Bahkan, alih-alih membicarakan apa yang menjadi tuntutan demonstrasi, warga Jakarta justru sering berkeluh-kesah tentang kemacetan yang pasti muncul sebagai ekses dari aksi turun ke jalan itu.

Sikap cuek terhadap aksi demonstrasi itu juga terjadi di lantai bursa. Indeks harga saham gabungan (IHSG) memang sudah diduga pasti melemah. Ketika dibuka, IHSG melemah 0,29 poin ke posisi 3.592,50 dari level 3.592,79 pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Kondisi pelemahan terus terlihat sampai penutupan pasar. IHSG ditutup turun 13,83 poin atau 0,39% ke level 3.578,95. Hal yang sama terjadi pada indeks BISNIS-27 juga ikut melorot 1,09 poin ke level 320,06.

Namun, pelemahan indeks kemarin juga dipengaruhi suku bunga acuan China yang membuat bursa Asia tertekan.

Analis PT Panin Sekuritas Purwoko Sartono menilai para investor sekarang sudah mampu memisahkan diri dari isu-isu politik. Pasar pun jadi tidak mudah terpengaruh oleh beberapa peristiwa yang sempat menyita perhatian publik, seperti kasus Bank Century misalnya.

Menurut dia, sejumlah isu yang belakangan sempat mencuat, seperti keluarnya Partai Golkar dari Sekretariat Gabungan partai koalisi dan penggantian sejumlah menteri juga tidak terlalu memberikan dampak di pasar.

"Akhirnya isu-isu seperti itu hanya berhenti pada ranah politik saja dan tidak sampai mengganggu pasar. Ini menunjukkan bahwa investor makin dewasa dalam menerjemahkan isu-isu yang beredar," ujar Purwoko.

Pelaku bisnis di luar lantai bursa pun berpandangan yang sama dengan Purwoko. "Situasi Jakarta yang terjaga tetap kondusif, sehingga kalangan dunia usaha dapat melaksanakan aktivitas bisnisnya dengan baik," kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta (Kadin Jaya) Eddy Kuntadi.

Kalau kemarin Anda masih sempat jalan-jalan ke mal wah di Jakarta, pasti Anda tidak begitu merasakan perbedaan suasana yang signifikan antara kemarin dengan hari-hari sebelumnya.

"Kegiatan usaha ritel tetap berjalan seperti biasa dan belum ada laporan tempat perbelanjaan yang terganggu akibat aksi demo tersebut. Kami berharap situasi semacam itu dapat terus terjaga," kata Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Rudy Sumampouw.

Tentu kita semua senang, demonstrasi kemarin tidak berubah menjadi terlalu anarkis yang hanya melahirkan kerusakan dan kemungkinan adanya korban.

Pesan para aktivis dan mahasiswa yang turun ke jalan tentu sudah sampai ke telinga Presiden SBY. Dan pihak Istana pun, seperti disampaikan, Mensesneg Sudi Silalahi mengaku senang menerima aspirasi publik yang disampaikan melalui demonstrasi yang wajar sehingga dianggap tidak menjadi persoalan serius.

Jadi, kini, sepertinya sudah tidak pantas lagi para elite politik negeri ini dan aparat keamanan berbicara tentang sesuatu yang menyeramkan, seolah-olah akan ada yang menggulingkan pemerintahan yang sah!. (01/12/tdw/rar/asa/irs/jao/na)(eries.adlin@bisnis.co.id)

Media Pontianak

Wednesday 20 October 2010

50% Air Isi Ulang Positif Tercemar Bakteri

Sudah amankan air putih yang kita minum saat ini ? dengan mengkomsumsi air mineral sekalipun ternyata tidak menjamin keamanannya bagi kesehatan kita, terbukti hasil penelitian yang direlease oleh Pakar Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI berikut ini.

Hasil penelitian mengungkapkan sekitar 50% air minum isi ulang di depot diketahui positif tercemar ekoli dan bisa menyebabkan penyakit diare.

Pakar Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Budi Haryanto mengungkapkan air minum isi ulang di sejumlah depot kota-kota besar, seperti Depok, Tangerang, Jakarta, Palembang, dan lain-lain, 50% positif tercemar ekoli atau bakteri, dan tiga kali berisiko menyebabkan diare bagi balita, daripada manusia yang tidak mengonsumsi air minum tersebut.

"Pengawasan air minum isi ulang di depot masih kurang, karena setiap liter air mempunyai waktu tertentu untuk dikonsumsi, dan juga intensitas air di depot setiap isi ulang terus berjalan dan tidak ada takarannya. Akibatnya banyak kuman dan bakteri yang lolos ke air galon itu," katanya.

Dia menjelaskan pada awal cara kerjanya di depot mungkin dimulai dari pengurasan, dan itu bisa membunuh kuman, namun kemampuan dari filter yang kurang mendapat jaminan bisa membuat air isi ulang tersebut tercemar ekoli. Dan karena itu izin usaha tersebut masih terus dipertanyakan apakah layak berdiri atau tidak.

"Kalau dilakukan secara prosedur itu tidak apa-apa, namun jika tidak melalui prosedur dikhawatirkan akan tercemar ekoli dan pengonsumsinya bisa terkena penyakit diare."

Ia mengimbau kepada masyarakat yang mengonsumsi air isi ulang di depot untuk memasak air terlebih dahulu agar terbebas dari ekoli dan penyakit diare.

Menurutnya, hampir 50% penyakit yang diderita oleh masyarakat Indonesia ini disebabkan oleh air minum yang tercemar dan pola hidup yang tidak bersih.

Pada kasus diare, 124 juta penduduk di Indonesia menderita diare pada tahun 2006, dan jumlah kasus diare menunjukkan pengingkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yakni 30 persen di tahun 2000 dan meningkat menjadi 35 persen hanya dalam kurun waktu tiga tahun di tahun 2003.

"Diare menduduki peringkat kedua penyebab kematian balita dengan 162.000 kematian setiap tahun, dan balita yang minum air tercemar memiliki risiko lebih tinggi terkena diare dibanding balita yang minumnya aman."

Dia menegaskan fenomena tersebut menekankan adanya kebutuhan akan metode pengolahan air yang efektif dan efisien untuk menghasilkan air minum yang terlindungi dari kuman berbahaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Unilever bersama Sucofindo di 300 sumber air tanah di wilayah Jabodetabek dan Bandung, 48% sumber air di Jabodetabek dan Bandung tercemar oleh bakteri coliform dan 50% berada pada tingkat keasaman (ph) yang rendah di luar ambang batas wajar. (yus)

Antara/Media Pontianak

Tuesday 19 October 2010

Aburizal Bakrie : Jangan Berdiri di Tempat Gelap

by : Maria Y. Benyamin, Wisnu Wijaya, Sutan Eries Adlin, Lahyanto Nadie, Abraham Runga Mali

Sejatinya sulit menemukan tokoh di negeri ini yang bisa meramu urusan politik dan bisnis menjadi satu. Media Pontianak kali ini menyajikan Profil Aburizal Bakrie yang dilahirkan di Jakarta, 15 November 1946 lalu dalam sepak terjaknya di dunia Politik dan Bisnis.

Ketika bicara Aburizal Bakrie, kental dengan urusan politik, sedangkan Nirwan Bakrie berhubungan erat dengan bisnis yang kian menggurita.

Grup Bakrie sering membuat keputusan tiba-tiba di dunia politik dan bisnis. Banyak membuat orang terhenyak. Itu mungkin karena pemikiran out of the box dan garis tangan Aburizal Bakrie yang sering menang di kancah politik. Di balik itu semua, Aburizal ingin terus bisa membagikan nasihat kepada orang lain. Berikut wawancara dengan Aburizal Bakrie di kantornya belum lama ini:

Di bisnis Grup Bakrie, siapa sebenarnya yang berperan ?

Saya kira saya sudah out of context, saya tidak ikut-ikutan berbisnis lagi, sama sekali. Bahkan banyak bisnis pun saya tidak mengetahui. Tiba-tiba ditanya sama orang, punya kebun di sini? Saya katakan, nggak ada. Namun, kemudian pas acara Golkar, ada orang pakai baju Bakrie. Saya Tanya kenapa kalian di sini? Mereka bilang, Pak...saya dari kebun di sini.

Pada prinsipnya, Grup Bakrie sudah dikelola seluruhnya secara profesional dan Bakrie sudah menjadi institusi sendiri.

Dia tidak lagi merupakan suatu perusahaan keluarga. Saham keluarga sangat minimum sekali. Contohnya di Bumi [PT Bumi Resources Tbk]. Di Bumi, keluarga Bakrie memiliki 22% saham. Dari 22% saham, itu yang punya Bakrie & Brothers.

Bakrie & Brothers dimiliki oleh keluarga Bakrie sebesar 40%. Jadi sebetulnya kalau kami lihat, berapa persen sih keluarga Bakrie memiliki Bumi? Itu hanya 8,8% saham, yaitu 40% dikalikan 22%.

Jadi tidak lagi bisa dibilang Bumi merupakan perusahaan keluarga seperti Siemens di Jerman, Sumitomo, Mitsubishi dan sebagainya.

Kami mulai menerapkan sistem secara profesionalisme dalam manajemen pada waktu Tanri Abeng pada tahun 1990-an. Dengan begitu, sekarang kami melihat seluruhnya sudah full professional, tapi ada chairman-nya. Pak Nirwan Bakrie adalah Chairman dari Bakrie Group. Seluruh sisi perusahaan yang besar-besar, yang kecil tidak, yang kecil seluruhnya dikelola oleh professional seperti direksi dan komisaris.

Kalau dulu, saya Chairmannya. Anin [Anindya Bakrie] adalah sebagai salah satu eksekutif. Dia komisaris di TVOne, tetapi dia presiden direktur di ANTV, presiden direktur di Bakrie Telecom. Jadi kalau masalah-masalah yang rutin setiap hari, perkembangan perusahaan, dia tidak perlu melaporken ke Pak Nirwan. Begitu ada suatu yang besar, yang strategis sifatnya, misalnya rencana penggabungan Esia dan Flexi, pasti dia akan laporkan ke Pak Nirwan, apakah ini benar atau tidak dan sebagainya.

Jadi perusahaan Bakrie ini sudah merupakan suatu intitusi sendiri. Dia tidak lagi perusahaan keluarga. Perusahaan keluarga ya Bakrie & Brothers. Bakrie & Brothers dulu kami katakana operasional, tapi sekarang dia memegang saham di berbagai perusahaan. Nah itu yang dinamakan perusahaan keluarga Bakrie & Brothers. Tapi kalau yang lain bukan.

Grup Bakrie besar di tangan Anda. Nilai apa yang diberikan Pak Achmad Bakrie, sehingga Anda seperti sekarang ini ?

Prinsip Bakrie, setiap sen yang dihasilkan oleh perusahaan harus berguna bagi masyarakat. Itu prinsip yang terus dipegang teguh. Tapi kalau kami lihat, sekarang guidance yang kami berikan, pertama, dia harus profesional, kedua dia harus nasionalistik. Ini yang orang selalu lupa.

Pada waktu membuat lambang Bakrie & Brothers, itu tidak dibuat hanya didesain begitu saja. Itu dilakukan dalam 6 bulan. Yang buat namanya Lander, yang juga membuat lambang olimpiade Barcelona.

Dia mendatangi seluruh perusahaan Bakrie. Apa yang dilihat di sana? Rasa nasionalisme yang begitu tinggi dari mulai puncak perusahaan sampai dengan di bawah. Akhirnya timbulah suatu logo yaitu tanah dan bintang. Yang merahnya itu adalah weluku yakni pembajak tanah, dan bintang. Bintangnya bintang tujuh. Apa itu? Reach for the star, put your feet on the ground.

Rasa nasionalisme yang tebal itu yang menghidupkan Bakrie sehingga kami bisa melihat pada saat pada waktu itu saat krisis, seluruh aset yang ada di luar negeri kami jual.

Misalnya yang ada di Australia, kami punya tanah 3,5 juta hektar, kepemilikan sampai kapan saja, lebih besar dari Timor-Timur, sebesar Jawa Barat. Isinya ada 60.000 sapi. Tentu Kangguru begitu banyak, kuda Australia, buaya, dan sebagainya.

Apa yang kami lakukan pada saat krisis waktu itu? Saya jual tanah itu hanya dengan harga A$18 juta. Bayangkan aset yang begitu besar, karena begitu distressed-nya, biasanya orang susah dia ditekan, aset luar negeri lah yang kami jual dan semua uangnya dipakai untuk mengurusi yang ada di Indonesia.

Yang ketiga, kekuatan dari keluarga Bakrie adalah bersatunya seluruh anak-anak dan cucu-cucu Bakrie. Alhamdullilah dalam keadaan suka maupun senang kami tetap bersatu.

Basically dari pada ini semua adalah pendidikan. Pak Bakrie itu sekolahnya sekolah dasar. Saya S1 (Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (1973), Nirwan S2, anak-anak kami semuanya S2. Kalau orang mempunyai pendidikan, maka dia tidak akan berebut harta. Yang mereka perebutkan achievement. Masing-masing ingin mendapatkan achievement, bukan uang.

Dia tidak akan buta. Itulah kekuatan keluarga Bakrie sampai saat ini. Alhamdullilah, saya melihat pada generasi ketiga, yakni generasi Anindya, dia menjadi satu tokoh pemersatu dari pada sepupu-sepupunya.

Bagaimana pembagian saham dari Pak Achmad Bakrie kepada anak-anaknya waktu itu ?

Sama semua. Pada waktu Pak Achmad Bakrie nggak begitu. Satu untuk perempuan dan dua untuk laki-laki, sesuai dengan hukum Islam.

Kalau kami punya adalah 2/7, 2/7, 2/7, 1/7. Adik saya yang perempuan 1/7. Yang laki-laki semuanya 2/7. Dalam perkembangannya pada generasi kedua dan ketiga, laki dan perempuan sama. Tidak lagi kami bagi-bagi seperti itu. Tapi yang paling penting bukan hanya pembagian. Yang penting lebih atau kurang di antara kami tidak jadi masalah.

Menurut saya yang paling penting dari ayah saya adalah pendidikan. Begitu ada pendidikan, orang tidak akan ribut. Dia akan berpikir pada achievement.

Jadi kalau lihat bagaimana Bakrie mengelola, dia dikelola oleh direktur, diawasi oleh komisaris. Keluarga di mana? Hanya pada keputusan penting. Pak Indra Bakrie mengambil keputusan penting pada bisnis minyak, tapi untuk seluruhnya adalah Pak Nirwan.

Anindya mengambil keputusan penting pada bisnis ICT (information, communication, technology), semua itu yang ambil keputusan Anin, tetapi pada saat keputusan penting, dia report kepada chairman. Dia tidak melaporkan ke saya. Saya nggak tahu lagi urusan bisnis.

Apakah Pak Anindya ini generasi ketiga yang dipersiapkan untuk menjadi the next chairman ?

Nggak ada persiapan. Jadi lihat pada achievement masing-masing. Misalnya Ardie [Ardie Bakrie], dia hanya Wakil Dirut di TVOne, dia tidak urus yang lain. Dita, anak saya yang perempuan, dia hanya menjadi salah satu eksekutif pada marketing di Epicentrum, dia tidak masuk di board-nya. Dia di situ karena dia yang mau kerja di situ, jadi nggak ada yang diarahkan ke mana.

Bahkan kami tidak mengarahkan sekolahnya mau ke mana. Misalnya Dita, dia ambil S1 Sastra Perancis. So what? Semuanya mempunyai kebaikan. S2, dia mengambil jurusan komunikasi. Kalau Ardie, S1 dan S2-nya ambil bisnis. Kalau Anindya, S1-nya teknik industri, , S2 bisnis. Jadi masing-masing ini tidak dipersiapkan untuk itu. Saya tentu memberi nasihat, sebagai orang tua, baik kepada adik-adik saya maupun anak-anak saya, tentang wisdom, bagaimana ini sebaiknya, bagaimana itu sebaiknya. Tetapi seluruhnya dilakukan profesional.

Pak Nirwan sering berdiskusi dengan terkait hal-hal teknis ?

Kalau ada masalah yang berat, dia diskusi. Kalau nggak ada masalah berat, dia tidak diskusikan. Dia ambil keputusan sendiri. Kalau saya dengar dari luar, ada masalah berat, saya datangi dia dan memberinya nasihat.

Setelah semua yang Anda raih, apa lagi yang menjadi mimpi dalam hidup ini ?

Jadi orang yang mempunyai wisdom dan banyak memberikan nasihat banyak. Saya banyak memberikan nasihat ke presiden tentang wisdom yang saya punya, misalnya penanganan masalah Papua.

Saya kira tidak ada menteri di Indonesia ini yang pernah ke Papua lebih banyak dari pada saya. Sampai di puncak gunung. Saya bertemu dengan pasukan pemberontak, tidak ada yang menembak saya. Saya cuma pakai baju begini. Orang ketakutan, tapi nggak ada yang nembak. Lalu kami bikinkan rumah dan saluran air. Umur saya kan sudah tua, sudah 64 tahun. Achievement-nya apa.

Terus terang saja, bahwa langkah dari perusahaan bakrie ini out of the box, misalnya waktu saya mau memperbesar Bakrie Sumatera Plantations. Saat mau beli, ayah saya tanya, dari mana duitnya, wkatu itu US$55 juta. Nanti kami cari deh.

Setelah jadi beli, ada seorang direkturnya mendengar bahwa kami mau memperbesar, kemudian dia bertanya, dari mana duitnya pak? Itu yang membuat saya kecewa. Saya jawab dari Tuhan.

Banyak orang tidak percaya bahwa Bumi membeli KPC & Arutmin. Bagaimana akhirnya bisa ?

Cara berpikir yang biasa adalah duitnya berapa, rencananya apa. Ada opportunity sesuai dengan strategi kami, lalu kami grab, uangnya kami cari belakangnya. Beli KPC [PT Kaltim Prima Coal], beli Arutmin [PT Arutmin Indonesia], kami nggak pakai duit.

Bakrie pada 2001 lagi bangkrut. Saya berbicara dengan Nirwan pada 2001, baru saja selesai restrukturisasi dan saham kami di Bakrie & Brothers tinggal 2,5%, sekarang sudah kembali ke 40%. Karena settelement-nya itu adalah utang dengan saham, 2,5% saham saya. Saya bilang begini, dunia ini ke depan, ada shortage energi, shortage air dan makanan.

Akhirnya kami pilih energi. Ok kalau energi gimana? Ingat saham kami di Bakrie & Brothers tinggal 2,5% dan kami tidak mempunyai apa-apa lagi, uang nol bahkan utang banyak.

Terus pada waktu itu diskusi sama Nirwan dan Indra. Mereka setuju dengan energi. Apa peluangnya? Opportunity-nya beli suatu perusahaan yang sekarang diambil oleh PT Pertamina. Namanya Arco kalau nggak salah. Berapa? US$600 juta.

Kemudian lain lagi apa? Batu bara. Saya bilang berapa? US$180 juta, belinya pakai uang nol.

Satu hal yang paling penting, kata-kata ayah saya, orang tidak akan pernah miskin dengan membayar utang. Begitu kami lakukan dengan seperti itu, bank tetap menghargai kami, maka kami berhasil, tanpa uang membeli Arutmin. Masih pinjaman, kami pinjam dari Bank Mandiri dan Jamsostek.

Semua kami lakukan akhirnya bisa, kami beri sweetener lagi. Nah, kemudian pada 2003, kami membeli KPC.

KPC tidak bisa begitu karena penguasa waktu itu memutuskan untuk tidak boleh memberikan pinjaman pada Bakrie, Jadi gimana? Berapa harganya? US$500 juta tambah ada profit dan sebagainya, sehingga kami mesti bayar US$700 juta. Uang kaca mata [seraya jarinya menunjuk bentuk kaca mata yang bulat alias nol]. Nggak ada uang.

Saya berangkat ke London untuk negosiasi dan sebagainya. Saya tawar US$300 juta, dia marah. Akhirnya dia bilang saya mau kasih angka 5 di depannya, akhirnya US$500 juta.

Di Indonesia semua orang ramai-ramai mau beli KPC, Pak Prabowo, kemudian ada Salim dan sebagainya.

Saya bilang, saya nggak mau beli KPC di dalam negeri. Saya mau beli yang punya KPC, yang punya KPC itu perusahaan induk ada dua yaitu Rio Tinto dan BP. 50%-50%, saya beli dua-duanya.

Orang-orang ribut di bawah [struktur kepemilikan saham], saya ambil di atasnya. Terus nggak punya uang, ini adalah keahlian Nirwan.

Setelah saya selesai berunding, saya bertanya ke Nirwan. Dari mana uangnya? Uangnya nol. Mesti bayar US$50 juta. Ya sudah kami cari kredit. Totalnya US$700 juta dan ternyata dapat kredit US$413 juta.

Bank di Indonesia tidak kasi, akhirnya dari Bank Singapura. Mahal sekali. Ya sudah nggak apa-apa. Kurang US$300 juta. Dari mana uangnya? Lagi-lagi inilah keahlian Nirwan. Dia bilang begini saja, dia hubungi kontraktornya KPC, kami mau dapat kontrak ini nggak? Mau katanya. Ok bayar dulu di depan, nanti uangnya saya beri tambahan untung untuk kembaliannya. Pemasaran Jepang, kasi ke Mitsubishi, bayar dulu berapa.

Pemasaran Eropa, pemasaran dunia. Akhirnya dapat US$300 juta. Padahal ini masih barang orang, bukan barang kami. Ini barang orang tapi kami ijon. Nah, pada waktu mau closing, settle the deal, kurang US$4 juta. Saya nggak punya duit, US$4 juta dari US$700 juta, nggak punya duit.

Tiba-tiba telepon dari Nirwan ketika saya lagi di mobil, Din [abang], bank menawarkan tambahan kredit, tapi dia minta suatu sweetener dan besar banget. Jadi dia beri tambahan US$4 juta, tetapi untungnya US$20 juta. Gimana, boleh nggak? Saya bilang, begini Wan, kalau menuruti hati saya, saya tidak mau. Terus dia bilang. Hati? Heart is only for lovers. Saya kaget. Ya sudah kalau begitu, Accept. Makanya kami memiliki KPC. Semua orang marah.

Pemerintah kan mengatakan Rio Tinto sama ini tidak boleh menjual lebih dari US$800 juta, semua orang bilang mahal tapi tidal ada yang nawar, kami tawar US$500 juta dolar, diberi.

Semuanya dari mana? Dari Tuhan. Selalu Tuhan yang beri petunjuk. Kenapa kami masuk energi? Kami berjualan pipa, tetapi masuk energi. Siapa yang beri?. Saya cuma bilang Allah kasih jalan. Waktu mau beli KPC, beli Arutmin, dan Freeport, begitu juga.

Kalau Freeport bisa ceritakan sedikit ?

Ketika itu Freeport ditawarkan ke semua orang, tapi tidak ada yang mau beli. Setelah kami ambil baru banyak yang mau. Pada waktu itu, saya deal langsung. Pak Ginandjar [Ginandjar Kartasasmita], duit mau dapat dari mana? Pak, itu soal Tuhan, nanti urusannya.

Pemeirntah mau beli nggak? Tanya Pak Martin, mau nggak? nggak. Ya sudah saya ambil.

Nah terus, emang tangan saya ini luar biasa dari Tuhan. Saya beli Freeport dengan harga pada waktu itu US$24 per saham. Pada saat saya dipaksa Pak Harto [mantan Presiden Soeharto] jual, harga US$29 per saham

Dalam 3 bulan, saham itu turun jadi US$6. Saya mau beli Goodyear, sama size-nya kira-kira. Harganya US$55. Saya beli US$55 lagi, mereka tidak mau. Kemudian, harga karet naik. Dia bilang US$95 juta. Saya tangkap. Saya bilang oke, saya accept. Direktur keuangan saya marah. Pak, kami tidak bisa bayar kembali. Saya bilang bisa. Harga karet waktu itu naik dari US$1 ke US$ 3 dolar per kilo.

Begitu US$3 dolar, tiba-tiba Goodyear membatalkan. Saya marah betul. Uangnya sudah ada. Kontrak sudah ada, terus dibatalin. Siapa yang batalin? Tuhan, bukan saya, lewat tangannya orang Goodyear. Dalam waktu kurang dari 6 bulan, harga karet turun dari US$3 dolar ke 60 sen. Mau bilang apa? Itu kan rezeki saya.

Waktu saya beli Arutmin dan KPC perhitungan saya, batu bara harganya US$25 per ton, orang belum ada bicara batu bara. Sekarang aja banyak. Sekarang harga batu bara US$70-US$80 per ton.

Tapi bisnis Keluarga Bakrie ada yang gagal, program mobil misalnya ?

Iya. Mobil sudah bikin jalan prototype dan sebagainya, kemudian datang krisis 1998, tinggal perlu US$40 juta, tidak bisa dapat, dan akhirnya bangkrut. Kalau konsep itu jadi, pasti booming. Sekarang ini belum ada mobil yang pakai kayak gitu. Tapi, percayalah sama Tuhan.

Ketika 1997, Bakrie terpukul karena berutang. Sekarang ini keberanian ini ada lagi. Apa tidak belajar dari krisis terdahulu ?

Berbeda. Kalau dulu utangnya itu didasarkan pada konglomerasi. Sekarang utangnya didasarkan pada program. Sekarang kalau kami lihat, dengan bank asing. Tidak ada lobi. Bank asing itu melihat bisa kembali tidak uang saya. Kalau bisa kembali, saya beri, kalau tidak bisa kembali, saya tidak beri.

Misalnya sekarang utang kemarin [Bumi Resources], di bayar US$360 juta, tadi malam diumumkan bahwa dapat lagi obligasi US$700 juta dengan bunga 10,75% per tahun. Itu lebih murah dari kredit yang ada dan bullet selama 7 tahun ke depan. Artinya selama tujuh tahun kami tidak bayar utang. Nah ini dipakai untuk bayar utang yang ada.

Tidak satu sen pun yang dipakai untuk perusahaan. Uutangnya menurun, semakin turun. Jual aset sebelumnya ini dapat US$180 juta. Jadi terus turun utangnya. Jadi selalu berdasarkan kemampuan dari perusahaan yang bersangkutan.

Itu yang kadang kala orang tidak ngerti. Lalu mengatakan bahwa ini ada politik. Masalah Freeport, itu tadinya Ginandjar tidak beri. Dia bilang mau dapat duit dari mana, saya bilang terserah Tuhan aja deh, Jadi KPC politiknya di mana? Pada waktu itu kan yang mau ngambil ada orang lain, saya tidak dibolehkan dapat kredit dari dalam negeri. Pemikiran selalu out of the box.

Out of the box seperti apa ?

Anindya ambil ANTV, dalam keadaan rugi, sekarang untung. TVOne yang waktu itu bernama Lativi rugi, sekarang untung. Pada saat untung kemudian bikin Vivanews, ada kredit baru untuk Vivanews itu. Dalam waktu 1 tahun, 2 tahun lah, sudah break-even point [titik impas]. Jadi, pemikiran selalu out of the box. Kalau orang tidak berani berutang, tidak bisa besar.

Di pemerintahan juga begitu Pemerintah kita takut sekali berutang. Kalau di perusahaan, katakanlah utangnya 60%, modal sendiri 40%. Pemerintah kita sekarang utang 26%, kekayaannya 74%. Itu kan terbalik, sehingga kita cuma growth dengan 6%.

Sekarang ini tidak ada lagi orang bakat bisnis di kabinet. Kalau saya berpikir begini, orang mengatakan, misalnya sekarang ini utang kita sekarang cuma 26% dari GDP, saya bilang apaan, mau ngapain? Tidak ada satu pun di dunia yang 26%.

Malaysia itu sampai dengan 46%, jauh di atas. Indonesia paling rendah sendiri. Lalu kemudian Malaysia defisit 6%, kita hanya 2,1% tahun ini, mau diubah lagi 1,7%. Kalau kita defisit 1,7%, sekarang saya perintahkan ke 'anak-anak' saya di DPR supaya pertahankan tetap 2,1% defisit itu. Itu setara dengan Rp28 triliun bedanya.

Dana Rp28 triliun itu untuk pembangunan, infrastruktur, buat Densus 88. Itu bedanya antara ketakutan dari 1,7% ke 2,1% itu Rp28 triliun setahun.

Apakah kita bisa bilang Malaysia sudah bangkrut dengan defisit 6%. Kan nggak. 60% deficit di Amerika. Kita tidak usah meniru itu. Kita dalam UU dibolehkan sampai 3% defisit. Kenapa tidak berani?

Pemikiran out of the box ini membuat kadang-kadang orang salah mengerti, sinis. Bagimana menghadapi kritikan itu?

Tenang saja. Kalau kita yakin apa yang kita buat, jalankan saja. Lihat lagu My Way. Jadi menurut saya, nggak usah pikirin kata orang, kami yakin aja. Kami bisa bayar kembali.

Prinsipnya, seperti kata ayah saya, tidak akan miskin dengan bayar utang, sehingga pada krisis 1998, bayangkan bagaimana psikologi seorang ibu saya. Suaminya membuat Bakrie & Brothers yang dimiliki 100%. Pada wkatu sebelum krisis, dimiliki keluarga Bakrie 55%, setelah krisis kami bayar semua, hanya tinggal 2,5%.

Di situ suatu mental. Suatu saat kita terbang dengan kelas I, suatu saat kita terbang dengan ini. Waktu krisis 1998, kertas mesti dipakai bolak balik.

Pada waktu itu saya ingat Exim Bank Amerika mengatakan saya tidak percaya kepada Bakrie. Saya bilang, ok, saya akan selesaikan, tetapi saya minta pernyataan itu anda cabut kalau saya bisa selesaikan. Begitu beres, mereka bilang, mereka fair, mereka katakana good company.

Banyak kasus yang sebenarnya memerlukan mental kuat. Lapindo misalnya. Semua orang menghujat Anda, bagaima tanggapan Anda?

Tidak usah bayar. Kalau kondisi benar, sebuah PT [perseroan terbatas] itu pemilik saham bertanggung jawab pada saham yang dimilikinya.

Itu barangkali kami mesti bayar Rp50 miliar. Itu saja yang dibayar tanggung jawab kami kalau PT salah. Kalau PT itu benar, dia lari aja, dia nggak bayar apa-apa. Secara bisnis begitu.

Namun, ada satu faktor pemersatu di dalam Bakrie, yakni ibu saya. Dia bilang, kalian ini rezekinya banyak. Sudah, jangan ngurusin salah benar, bantu mereka. Ibu saya bilang begitu. Tidak menyangka, sekarang kami sudah bayar sampai Rp8 triliun lebih. Dari mana? Dari jualin saham-saham kami. Cicil sampai 2012. Jadi mau nggak mau, karena itu prinsip kami.

Rezeki tidak akan hilang dengan menolong orang miskin dan orang susah. Tuhan tidak akan memberi kesulitan yang tidak bisa kami terima., Percaya pada itu aja. Orang ribut, sakit hati. Ya sudah, dibiarin aja. ANTV tidak pernah menjelek-jelekkan orang. Saya tidak mau menjelekkan orang, tetap aja, biasa aja, beritakan yang benar.

Jadi kalau Anda tanya gimana? Yah kesabaran saja. Memang saya mesti akui yang punya mental baja itu Pak Nirwan. Jadi Nirwan pada saat ada kesulitan, dia sudah berada di depan. Saya yang bantu mengatur, tetapi dia yang menghadapi di depan.

Saya banyak mendengar keluarga Bakrie itu selalu ingat pada budi baik seseorang. Misalnya Nalint [Nalinkant Amratlal Rathod, Komisaris Bumi] karena banyak membantu restrukturisasi pada 1998. Terus ada lagi Suryo B. Sulisto yang juga menjadi Preskom Bumi sejak lama.

Kami percaya pada kebaikan orang. Kalau kami menghargai kebaikan orang, maka kami membalas kebaikan itu. Akan lebih banyak lagi rezekinya. Yang banyak bantu kami dengan tunai pada waktu kami tidak bisa berbuat apa-apa, pada waktu krisis 1988, namanya Fuad [Fuad Hasan Masyur] dari PT Maktour. Dia bantu dengan tunai. Jaminan, nggak ada jaminan. Sampai sekarang terus sama-sama kami.

Masalah Lapindo yang tidak mau tanggung jawab. Ya sudah keluar saja, kami ambil sahamnya. Karena berat kan tanggung jawabnya. Jadi Santos dan Medco keluar. Ya sudah.

Kalau punya Medco, kami beli dengan US$1 saham itu. Ya sudah, tetapi prinsip bahwa kami mesti berani. Kalau kami sudah ambil keputusan, kami mesti jalanin. Bahwa orang nyerang, biarkan saja. Kami mesti berani bersikap. Kalau seorang laki-laki sudah tidak berani bersikap, jangan jadi laki-laki.

Ketika Anda masuk Golkar, ada tudingan langkah itu hanya kendaraan untuk melindungi bisnis Bakrie?

Bukan, kami malah diserang. Begini, kalau saya malah melihat pada 2000, susah ya kalau tidak mengetahui cerita yang sebenarnya. Kadang kala orang bilang bohong. Biarlah saya bercerita yang sebenarnya. Saya tidak pernah mau terjun ke politik. Waktu awal 2004, JK [mantan Wapres Jusuf Kalla] dan SBY [Presiden Susilo Bambang Yudhoyono] menang, saya ketemu Pak JK. Beliau memberikan nasihat karena waktu itu saya Ketua Umum Kadin dan Pak JK adalah Kadinda Sulawesi Selatan.

Beberapa kali saya kasih masukan. Terus mau apa Pak Ical? Saya penasihat aja deh. Jadi penasihat saja. Kamu mau menteri? Nggak lah, ngapain saya bilang. Waktu bulan puasa, saya dibangunin jam 10 waktu hari minggu. Saya diminta jadi Menko Perekonomian. Saya bilang nggak. Janjinya kan tidak begitu. Sebelumnya saya sempat ke umroh. Pada 2004 waktu saya baru selesai bayar utang. Itu 2003 November persisnya. Sudah selesai semuanya saya berangkat umroh, saya tanya: Allah, saya tanya masa depan saya ke mana. Saya tidak tahu apakah saya mesti ke dalam pemerintah atau di luar atau berbuat yang lebih besar kepada rakyat.

Saya shalat jam tiga pagi di depan Ka'bah kemudian saya berbicara kepada Allah, saya katakan kalau tugas saya adalah di tempat yang berhubungan dengan rakyat, tolong bukakan pintu buat saya, kemudian saya mencium Hajar Aswad tanpa ada halangan.

Waktu itu banyak sekali orangnya berkeliling Ka'bah. Saya bisa jalan, tidak ada yang nyentuh saya, terus sampai ke Hajar Aswad. Ada askar [petugas di Baitullah] bukannya menyuruh saya, tetapi dia ambil kepala saya dan suruh cium.

Kemudian saya masuk konvensi Partai Golkar, barangkali saya mesti di pemerintahan. Masuk konvensi dan kalah? Saya pikir kemudian, maksudnya saya pikir di Palang Merah Indonesia saja, menggantikan Pak Mar'ie Muhammad.

Datang tawaran Pak Kalla itu, saya pikir mungkin barangkali ini petunjuknya, terus kemudian saya diganti dari Menko Perekonomian ke Menko Kesra, banyak sekali pengalamannya.

Dengan pengalaman yang ada ini, presiden menawarkan kembali menjadi anggota kabinet. Saya bilang nggak, saya mau di mana, saya bilang ke Partai Golkar. Kenapa? Karena Golkar punya kekuatan yang lebih besar untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat bangsa ini. Kenapa tunjuk yang tadi, berbuat banyak lebih banyak lagi.

Jadi 2009 Anda sempat ditawari lagi ?

Iya semua orang juga tahu, karena presiden juga happy dengan pekerjaan saya di Menko Kesra.

Anda tilang tidak memanfaatkan TVOne dan ANTV sebagai kendaraan bisnis politik, tetapi kenyataannya pemberitaannya tidak independen?

Ah siapa bilang, itu urusannya mereka, siapa bilang tidak independen. Ada yang jelek lalu dimasukkan, sehingga menjadi baik. Nggak ada tuh.

Tapi kan publik menilai seperti itu ?

Tapi kenyataannya nggak. Kalau kami dibilang jelek, rating-nya nggak naik terus.

Di bisnis media, Grup Bakrie banyak mengalami kegagalan. Sekarang ini untuk TV, Anda maju ?

Saya lihat begini, dulu yang mengelola adalah generasi kedua. Generasi yang lebih pada satu budaya agrikultur dan industri manufaktur. Pada generasi ketiga, apalagi Anindya dari Stanford, sudah memiliki suatu pengetahuan mengenai informasi dan teknologi.

Pada waktu ANTV dipimpin Nirwan, rugi kan?. Dipimpin Anindya, terus untung. Bisnis telkom dipimpin saya, rugi kan? Dipimpin Anindya bisa untung.

Jadi masalahnya adalah tangan orang berbeda-beda.. Belum tentu Anindya bisa disuruh bikin pabrik pipa. Tapi teknologi informasi, dia kuasai dan saya tidak kuasai..

Namanya dulu Ratelindo, rugi terus kan? Diambil oleh Anindya, tidak sampai setahun, sudah untung. Jadi kalau ditanya bisnis ke depan, salah satu bisnis ke depan, adalah informasi dan teknologi. Ini bisnis di masa yang akan datang.

Dulu telepon belum pakai data, kalau telepon baru pakai buat percakapan. Kalau kita lihat Korea lebih banyak pakai data. Sekarang sudah lumayan. Orang sudah menggunakan BlackBerry. Future-nya ke situ.

Selain teknologi informasi, kira-kira bisnis apa yang menurut Anda prospektif ?

Terus terang saya nggak tahu. Itu biarin saja. Tapi saya punya visi ke situ. Film, konvergensi, saya tidak tahu persisnya apa. Anindya bikin yang namanya Bakrie Connectivity. Saya sendiri tidak mengerti. Dia terangin, saya hanya ya ya, tetapi sebenarnya tidak mengerti.

Bagaimana hubungan yang ideal antara bisnis dan pemerintahan seperti apa ?

Bisnis berkepentingan mendukung suatu kebijakan pemerintah yang menguntungkan. Misalnya dengan pajak yang rendah, tidak ada pungutan, dan sebagainya.

Suatu aparat pajak dan aparat pemerintahan yang bersih. Itu kepentingan yang didukung melalui partai politik. Itu hubungan yang paling baik.

Kita belum biasa seperti itu, menteri-menteri kita biasanya berkata bahwa orang bisnis itu konotasinya masih jelek. Saya ingat pengalaman waktu mau ketemu neneknya istri saya.

Dia tanya, kamu kerjanya apa, mau melamar cucu saya? Saya jawab. Dagang mbah. Dagang? Kata dia bahwa berdagang itu maling. Sekarang ini citra negatif sudah mulai berkurang. Akademisi boleh masuk pemerintahan, militer juga boleh, tapi para pebisnis malah dicurigai. Kenapa? Ini belum ada pengertian dari masyarakat bahwa bisnis itu baik.

Kami melihat Bisnis Indonesia sebagai koran bisnis ketika itu [pada 1980-an] sebagai yang aneh. Tidak pernah ada tren koran ekonomi kok [para investornya] punya koran bisnis. Padahal [ketika itu juga] ada koran bisnis [yang lain]. Sekarang paling bagus, kemudian orang ikut semua, ada Investor Daily, dan lain-lain.

Orang boleh lihat bahwa bisnis itu tidak jelek, bukan maling. Jadi hubungan dengan politik, yang wajar aja, dia [pelaku bisnis dan politik] mesti di-support, tentu orang mesti berusaha.

Bagaimana pandangan Anda mengenai etika dan governance dalam berbisnis ?

Begini, harus ada itu etika dan governance dalam bisnis. Tapi kalau kami lihat standar governance itu apa? Amerika, kami bisa lihat orang Amerika yang masuk, apakah ada standar governance-nya? Setiap kali orang Amerika bilang bagaimana governance di Bumi Resources, saya bilang I am sure that is much better than you in your state. Jadi governance itu perlu. Tapi standarnya apa? Belum tahu, Jangan pakai standar Amerika.

Grup Bakrie mempunyai 7 perusahaan tercatat di bursa. Kemudian Bumi mendapat pinjaman US$1,9 miliar dari CIC. Latar belakangnya apa ?

Kalau tidak mempunyai uang, terus cari dan dapat uang berapa saja. kalau dia bayar 19%, tetapi dapatnya 35% bagus tidak? Tidak bisa dapat yang 10% [bunganya], nggak ada yang mau beri. Hitungnya begitu.

Saya ingat waktu itu diajarin Freeport [Jim]. Dia sewa dan bayar 11%. Harbour-nya dia sewakan, hotelnya dia bangun, dia jual, dan dia menyewa lagi. Return on investment-nya 11%. Saya tanya yang sama. Kenapa katanya kamu punya utang, tapi tidak bayar bunganya 11%. Dia bilang eh Ical, kami dapat uang harganya 11%, Kami taruh di bisnis tambang, tetapi harganya [bunganya] 30%. Utung nggak kami?. Ini juga begitu.

Memang orang tanya, kenapa tidak ambil yang 8%? Bisa nggak ambil yang 8%.

Ada satu fund manager bilang, beli saham Grup Bakrie itu sama saja membeli komoditas politik?

[Pemilik saham] Tidak ada yang jual tuh. Artinya [mereka] mau dukung Golkar dong. Alhamdulillah, bilang sama dia.

Selama politik Anda kuat dan stabil, menurut mereka aman beli saham Grup Bakrie ?

Begini, Bakrie lahir tahun 1942. Saya baru masuk pemerintahan 2004. Selama 62 tahun Bakrie hidup tanpa politik, jadi jawabnya itu saja.

Tetapi citra di bursa, orang boleh beli saham lain, asal jangan beli Grup Bakrie karena seperti itu ?

Kalau sekarang kan, Bumi itu saham sejuta umat. Tidak ada perusahaan yang pemegang sahamnya lebih besar dari Bumi.

Apakah untuk hit and run atau tidak, semua orang bisa untung. Kalau sekarang orang boleh bilang begitu. Tapi sekarang maju terus. Sekarang malah ada BRM [PT Bumi Resources Minerals] yang mau IPO. Saya tidak mengetahui valuasinya-nya berapa.

CIC beri pinjaman ke Bumi dan Bumi baru saja menyelesaikan non-preemptive rights dan menerbitkan obligasi US$700 juta. Apa benar ada investor China yang masuk?

Belum. Saya nggak tahu sama sekali. Tapi ada investor China yang mau masuk.. Detailnya saya nggak tahu.

Bumi kan punya aset yang bagus seperti KPC & Arutmin. Tapi harganya masih di level Rp2.000-an. Ada perusahaan lain yang punya aset lebih kecil, tapi harganya tinggi. Seperti apa bapak melihat ini?

Kami lihat saja. Kalau saya sih optimistis harga saham Bumi akan kembali lagi ke posisi yang lalu. Optimistis saja.

Bagaimana hubungan Anda dengan Cikeas. Kalau dilihat, seperti sandiwara saja ?

Bukan sandiwara. Benci tapi rindu.

Di satu sisi, staf khusus presiden menyerang soal pajak terus, Gayus bernyanyi, tetapi di sisi lain Anda juga di Setgab Ketua Harian. Sebenarnya yang terjadi apa sih?

Kayak Manchester United dan Chelsea saja. Bersahabat.

Perkataan Staf Khusus Kepresidenan Denny Indrayana bikin panas telinga ?

Ya tidak apa-apa. Kalau orang kecil bicara boleh aja dong. Biarkan saja. Tidak ada yang dengar juga kan.

Apakah Anda tidak terganggu ?

Nggaklah. Kami juga bicara di DPR. Orang DPR juga bicara pemerintah tidak fair. Boleh juga kan?

Tapi akhirnya dalam 'pertandingan tinju' ini selalu Anda yang menang ?

Nggak. Kami mendukung kebijakan Presiden SBY.

Saya kira mulai dari Golkar, Kadin, semuanya ini dikatakan sebagai kemenangan Anda ?

Di Kadin, SBY tidak ikut-ikutan. Saya kira Kadin itu tempat mainnya saya. Saya 10 tahun di Kadin. Hubungan saya dan SBY bukan kalah dan menang. Tidak banyak orang bahkan di sekeliling SBY yang berani bilang ke SBY yang benar.

Persoalannya, saya selalu bilang yang benar, meskipun di kuping panas. Saya memang seperti itu. Banyak yang tidak suka, ya tidak apa-apa. Tapi, saya beri tahu yang benar, untuk kepentingan bangsa ini.

Makanya saya tetap mengatakan tidak boleh ada kenaikan TDL lagi. Karena industri akan mati. Kalau industri mati, rakyat juga mati. Kalau bujet itu, kalau perlu tambah defisit, ya tidak ada masalah, tetapi jangan bikin industri kita mati. Menurut saya kalau bicara TDL yang mesti disalahkan adalah berapa cost price PLN. Itu akan menyangkut banyak kepada apa energi yang dipakai.

Saya dengar PLN impor lagi 1.000 buah generator BBM yang 1 megawatt. Berarti tambahan lagi subsidi. Itu nggak benar.

Sering berkomunikasi dengan Pak SBY ?

Sering sekali. Sebagai manusia, tentu ada yang senang dan tidak senang, tapi orang di luar tidak senang. Tapi saya berprinsip satu hal,. Indonesia sudah berkali-kali dari Zaman Soekarno, Soeharto, kemudian Gus Dur, dan Habibie juga ditolak. Masak presiden tidak sampai 5 tahun. Di Golkar, instruksi saya jelas bahwa pemerintahan SBY harus bisa bertahan sampai 2014. Itu prinsip.

Setelah 2014, baru giliran Anda ?

Bukan. Ha ha ha...

Kan sudah jadi ketua umum partai ?

Kan tidak harus. Presiden Barack Obama bukan ketua umum partai. SBY juga bukan.

Ada niat ke sana ?

Niat? Nggak ada. Karena kami bukan keluarga [politisi], makanya niat nggak ada. Saya juga sadar orang-orang di Golkar. Begitu Golkar naik ke posisi satu, naik saja suaranya dari posisi 14% menjadi 20%, pasti orang akan mencalonkan saya. Pasti begitu. Kita lihat nanti, apakah itu sesuai dengan harapan rakyat atau tidak.

Yang paling tepat buat saya adalah menjadi penasihat presiden. Saya masih bisa jalan-jalan, saya masih bisa memberi nasihat. Karena pengalaman saya banyak. Saya punya bisnis, saya tahu orang AIDS, tentang orang di Papua, Gerakan Papua Merdeka, saya mengerti asing maunya gimana. Tapi sekarang masalahnya kalau ditanya bagaimana niat? Saya bilang nggak ada. Tetapi bukan berarti saya nggak akan accept suatu waktu. Kalau terpaksa, seperti waktu saya accept tawaran Pak Kalla menjadi Menko Perekonomian.

Apakah Anda yakin Golkar bisa berkembang, apalagi Anda terkenal tangan dingin ?

Allah kasih jalan. Dengan usaha, konsolidasi sudah selesai. Kaderisasi tahun depan kaderisasi kami. Kami lihat kemenangan pilkada, Golkar nomor satu. Ini harapan besar. Kedua, kemauan kami, semua sudah mau partai menggunakan satu media untuk iklan. Dan yang paling penting adalah wining is habbit. Waktu dengan Suryo Paloh, saya bilang kalau orang kalah terus, yah kalah terus. Kalau orang menang, yah menang.

Itu sudah dimulai dari Hipmi ?

Iya dari Hipmi.

Tahun 2014 masih lama ? Bagaimana kondisi Indonesia ke depan ?

Saya ngeri (off the record).

Selama mengembangkan bisnis, apa yang paling berat Anda rasakan? Pengalaman paling berat?

Apa yah yang paling berat...mengelola ambisi.

Lantas bagaimana Anda mengatasinya ?

Kadang-kadang salah, kadang-kadang benar. Kebanyakan benernya, salahnya juga ada. Tapi memanage ambisi paling susah.

Ujian yang paling berat ada 3 yaitu harta, tahta, dan wanita. Bagi Anda mana yang paling berat ?

Ha ha ha..., semua bisa di-manage

Momentum apa di hidup Anda, yang membuat Aburizal Bakrie seperti sekarang ?

Semuanya berjalan mengalir. Terbentuknya saya seperti sekarang dari pengalaman hidup saya. Cara berpkir saya kan bukan ekonom. Cara berpikir saya lebih kepada realitas bahwa apa yang bisa dijalankan.

Ekonom pakai beberapa teori yang belum tentu cocok. Deng Xiaoping bilang, kalau di lapangan kita lihat teorinya tidak cocok dengan teorinya, tinggalkan teorinya. Kalau pengalaman saya yang paling besar terakhir ini di Menko Kesra.

Saya ke Yahukimo, Papua. Bayangkan di negara Indonesia ada orang yang belum tahu bagaimana caranya gosok gigi, bagaimana caranya memacul. Itu membuat saya trenyuh. Saya lihat orang sakit AIDS. Saya lihat paniknya dunia karena flu burung, itu pengalaman pribadi yang luar biasa.

Waktu ke Papua. Saya dipeluk-peluk mereka, tak ada rasa takut sedikit pun.

Bagaimana pesan Anda untuk pebisnis Indonesia ?

Di bisnis itu selalu jatuh bangun dan harus konsisten menjalankan bisnis itu. Saat kita jatuh, jangan pernah berdiri di tempat gelap. Sebab kalau berdiri di tempat gelap, bayangan pun akan lari. Apalagi teman, apalagi bank, karena bank itu selalu melihat yang bagus. 


Bisnis.com/Media Pontianak

Monday 18 October 2010

Know Your Exit Point Before Opening a New Trade

 By Thomas Long, Course Instructor

Many traders enter into a new trade without a solid exit strategy. Problems arise when the market starts moving and the decision to exit is determined by the emotions of the trader rather than solid analysis. Experienced traders understand this and have an exit strategy mapped out before they get into the trade. This is the best way to keep your emotions out of the decision making process of trading. 

Decisions made by fear and greed are not only inconsistent, but many times seem to lead to an exit at the worst possible moment. A better idea is to determine when you intend to exit before you enter into the trade. This 4-hour chart of the USD/CHF shows a strong downtrend as the market is consistently below the 200-period Simple Moving Average also plotted on the chart. Since the trend is down, we are looking for selling opportunities instead of buys in an attempt to take advantage of that momentum. 

One strategy is entering on the breakouts, which means to sell as the market moves down through a previous low. The thought is that many traders will be selling there which increases the chance of more selling pressure. Many of those same traders will place their protective buy stop above the high before the breakout as noted on the chart. They do this at entry so they are protected from a big move against their trade. This decision is based on technical analysis rather than emotions and that is always a better choice. Many of these same traders will also use a simple 1:2 risk:reward ratio to determine their exit with a profit. If you risk 100 pips on the trade, simply look for 200 pips in profit and set that order at entry also. 

Now you are set with the main decisions a trader makes on each trade, the entry and the exit. In the DailyFX+ Trading Course, we also offer a trade management approach which includes moving the stop to breakeven if/when the market moves halfway to the target. So on a move of 100 pips towards your target, you move your stop to your entry price which means you can breakeven or profit on the trade. That is solid trading and puts you in a position to be consistent in your approach which is by far the best way to realize consistent results.

DailyFX/Media Pontianak

Bondan Mencari Logo : Berhadiah 10 juta

Siapa yang tidak kenal dengan Bondan Winarno, alias pak Bondan "Maknyuss".  Tak terasa tahun 2010 tinggal 2 bulan lagi, namun kesibukan baru justru ada di 'dapur' detikfood. Jika beberapa waktu lalu sukses meluncurkan acara MBB (Maksi Bareng Bondan) yang bakal terus berlanjut, dengan seabrek kejutan baru bagi pencinta kuliner.

Bondan Winarno, yang akrab disapa Pak Bondan Maknyuss bakal aktif memeriahkan website kuliner www.detikfood.com. Selain sejumlah konten asyik khas Pak Bondan bakal ditampilkan tiap hari, sebagai tahap awal akan  mengajak pembaca untuk ikutan lomba membuat logo detikfood yang baru.

Logo tersebut guna memberikan warna baru untuk detikfood sebagai portal kuliner terbesar. Portal yang dapat memberikan informasi terlengkap mengenai dunia kuliner baik dalam dan luar negeri bersama Bondan Winarno.

Program ini terbuka untuk umum dan khusus perorangan. Logo harus dapat mengkomunikasikan portal dan co-branding Bondan Winarno dengan dengan detikfood. Bagaimana syarat-syarat logo detikfood baru? Silakan klik langsung di sini.

detikfood akan menyeleksi semua hasil design logo yang masuk. Untuk desain logo yang terpilih akan mendapatkan hadiah Rp. 10.000.000. Materi desain di tunggu paling lambat tanggal 31 Oktober 2010.

Ikutan yuk ... siapa tahu kita bisa masuk nominasi pemenangnya, Media Pontianak sih sudah siap logo barunya tinggal proses untuk memenuhi persyaratan yang diminta panitia Bondan Mencari Logo ...

Media Pontianak