Ratings and Recommendations by Outbrain

Tuesday 5 April 2011

Menyelami Potensi Keuntungan Fotografer Bawah Laut

Memotret keindahan bawah laut bisa gampang-gampang susah. Fotografer harus tahu karakter dan habitat ikan. Belum lagi kalau foto dilakukan dengan model. Persiapannya harus matang. Profesi yang belum banyak dijalani ini bisa menghasilkan ratusan juta rupiah dalam sekali proyek saja.

Sebagai sebuah negara kepulauan yang dikelilingi beribu pulau, Indonesia memiliki potensi wisata laut yang sangat menjanjikan. Untuk memaksimalkan potensi tersebut perlu keterlibatan semua pihak. Salah satu pihak yang memegang peranan penting adalah fotografer bawah air.

Jasa profesional di bidang ini dibutuhkan dalam mengumpulkan foto-foto dan kondisi bawah perairan di Indonesia. Salah satu fotografer bawah air yang sudah malang melintang di profesi ini adalah Cipto Aji Gunawan. Memulai profesi ini sejak tahun 1995, Cipto telah menjelajahi dan mengeksplorasi hampir seluruh perairan Indonesia.

Fotografer harus mempelajari dengan seksama tingkah laku objek foto yang akan diambil. Kadang tidak mudah mencari seekor ikan tertentu apabila tidak mengenal habitatnya. Akan lebih sulit lagi mendapatkan foto yang baik apabila tidak mengenal karakter ikan yang ingin kita potret. Bahkan di beberapa kasus bisa berbahaya.

Fotografer bawah air harus mempelajari pergerakan penyelam dan ikan-ikan apabila ingin mendapatkan posisi yang tepat dalam pengambilan foto wide atau luas. "Di darat mudah untuk mengarahkan si model, tapi di bawah air hal ini menjadi kendala tersendiri karena harus berinteraksi dengan model hanya mengandalkan isyarat tangan," ujar pria berusia 41 tahun tersebut.

Pemotretan model di laut dengan kedalaman lebih dari dua meter tanpa menggunakan peralatan selam memerlukan ketrampilan khusus. Hal ini disebabkan meningkatnya risiko bagi si model, terutama risiko air masuk ke paru-paru atau bahkan pecahnya paru-paru. Keduanya bisa menimbulkan kematian.

Persiapan pemotretan jenis ini harus direncanakan secara teliti termasuk melatih model untuk berinteraksi dengan penyelam profesional pendukung dan fotografer. Fotografer hanya memiliki waktu yang sangat sempit untuk mengambil gambar.

Menurut Cipto, profesi ini sudah jauh lebih mudah ditekuni karena kemajuan teknologi kamera saat ini. Dulu, ketika pertama kali terjun di profesi ini, ia harus menyediakan tiga kamera karena satu kamera pada waktu itu tidak bisa gonta-ganti lensa. "Sekarang cukup dengan satu kamera tidak perlu naik ke permukaan," ujarnya. Cipto mengatakan menekuni profesi ini dulu sangat mahal karena mahalnya peralatan.

Di bawah PT Pranafira Nusantara, Cipto melayani empat hingga lima proyek per tahun. Harga satu proyek berkisar Rp 50 juta sampai Rp 200 juta. Satu proyek biasanya berupa pembuatan buku dan album foto yang juga berisi data-data kondisi bawah air.

Kliennya berasal dari instansi pemerintah semisal kementerian kebudayaan dan pariwisata dan kementerian kelautan dan perikanan, industri penyelaman, dan agensi periklanan. Cipto mengungkapkan profesi ini masih sangat menjanjikan. Kebutuhan informasi bawah laut Indonesia membuat permintaan foto bawah laut selalu tinggi. Cipto mengaku hanya sedikit orang yang menekuni secara penuh waktu.

0 komentar:

Post a Comment