Ratings and Recommendations by Outbrain

Thursday 7 April 2011

Maskot Apel Kota Batu - Jawa Timur Jadi Toilet

Apa jadinya jika buah Apel yang kita bayangkan adalah buah segar mengandung banyak Vitamin tiba tiba berubah menjadi  " BUAH TOILET"  seperti yang terjadi di Kota Batu, Jawa Timur, yang memiliki sebutan sebagai kota apel, kini tak lagi memiliki sebutan itu. Mencari apel jenis manalagi tak lagi mudah ditemukan di kota tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain cuaca yang tak lagi mendukungnya, juga banyak warga setempat yang enggan menanam apel karena harganya tak lagi menguntungkan petani.

Selain itu, lahan untuk menanam apel sudah banyak digunakan untuk membangun vila dan perhotelan. "Sekarang Maskot Kota Batu sudah musnah. Sudah jarang petani yang menanam apel," aku Syaifuddin Zuhri, salah satu tokoh masyarakat Kota Batu, Kamis (7/4/2011).Tragisnya lagi, jelas pria yang akrab disapa Gus Udin itu, maskot apel yang menjadi ciri khas kota wisata itu sudah berubah menjadi toilet umum. Hal itulah yang disayangkan banyak tokoh masyarakat setempat.

Toilet umum yang didesain bentuk apel raksasa itu dibangun di Alun-alun Kota Batu. Didalamnya berupa ruangan toilet.

"Kami sangat menyayangkan dan merasa tersinggung, apel yang sudah jadi ikon Kota Batu, malah di dalam Alun-alun itu ada monumen buah itu yang fungsinya dijadikan toilet umum," kata Gus Udin.
Sejak 1980-an, apel sudah menjadi sumber kemakmuran rakyat kota Batu. Karenanya, di sebelah barat Taman Alun-alun dibangun tugu maskot Apel roumbeuty bertenger di atas sebuah sayur kubis sebagai simbol kota, yang ada di Jalan Diponegoro. Namun kini, tugu apel tersebut sudah dibongkar, dipindah ke dalam Taman Alun-alun yang sedang dipugar total.

"Kalau simbol apel sudah jadi WC, sebaiknya tugu apel itu diubah fungsinya menjadi WC umum sebelum dilakukan launching 7 Mei nanti," tegas Gus Udin.
Tokoh masyarakat lainnya, Didik Sumintoharjo mengatakan, secara fisolofis maskot Kota batu itu berupa apel sudah disalah gunakan. "Monumen sebelumnya, apel berada di atas kubis, yang menggambarkan mayoritas rakyat kota Batu hidup makmur dari bertani apel dan sayuran. Tapi sekarang filosofisnya malah jadi WC umum," kata Didik.

Kalau sudah jadi toilet ujar Didik, maskot Kota Batu sudah tidak bermartabat lagi. Pihaknya berharap, Tugu apel tersebut jangan difungsikan sebagai toilet, tetapi kalau mau diubah kepada yang yang lebih bermartabat. Misalnya, bisa diubah menjadi rumah apel manalagi atau dijadikan perpustakaan atau kedai apel.
"Yang jelas, kalau mau diubah harus diubah pada tempat yang yang lebih bermartabat, bukan diubah menjadi WC umum," pintanya.

Di tempat berbeda, anggota DPRD setempat juga mengecam perubahan maskot Kota Batu itu menjadi WC umum. "Itu memang pelecehan. Sebaikknya dipindah saja agar warga tidak tersinggung. Kalau bangunan itu tetap ditaruh di Alun- alun, warga akan terus memprotesnya dan tak akan jadi diresmikan," tegasnya.
Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Kota Batu, Susetya Herawan enggan mengomentari masalah tersebut. Padahal mulai petani hingga tokoh agama sudah meminta agar toilet yang berbentuk apel itu dirubah saja menjadi bentuk strawberry atau bentuk lain. "Lebih baik saya diam daripada nanti tambah salah," katanya saat dihubungi via telepon.

Tanaman apel mengalami masa kejayaan pada 1980-an hingga 1996. Tanaman apel mulai dibudidayakan pada 1930-an. Dari catatan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, total luas lahan tanaman apel pada 1980 seluas 2.015 hektar dengan jumlah produksi pertahunnya 72.000 ton dari 5,64 juta pohon. Dari tahun ketahun luas lahan apel terus menyusut. Sejak 2009 hingga kini luas lahan tanaman apel sudah tinggal 600 hektar dengan jumlah pohon apel 2,5 juta. Produksi apel ini hanya tinggal 24.625 ton pertahunnya. 
sumber : www.kompas.com

0 komentar:

Post a Comment