Ratings and Recommendations by Outbrain

Thursday 21 October 2010

Pasar yang KIAN CUEK terhadap POLITIK

BY : Sutan Eries Adlin

Empat gadis berseragam putih abu-abu, ditemani dua kawan lelaki mereka, terlihat sedang asyik sendiri. Padahal, tak jauh, hanya berjarak 5 meter, asap hitam dari ban yang dibakar membubung.

Seorang reporter TV, saya bisa pastikan memang sengaja, mengambil posisi dekat kobaran api yang sudah mengecil itu. Di latar belakang pewarta perempuan itu, seorang mahasiswa tengah berorasi dengan bahasa yang khas aktivis jalanan diselingi pekikan koleganya. "Turunkan SBY sekarang juga." Begitu teriakan yang sering terdengar.

Anda yang kebetulan nonton tayangan langsung TV itu dari jalan antara Megaria dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, mungkin membayangkan sesuatu yang seram terjadi di tengah demonstrasi memperingati setahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Apalagi kemarin ada mahasiswa yang kabarnya berasal dari Universitas Bung Karno, Farel Restu, tertembak di kaki saat melakukan aksi demonstrasi.

Padahal, ketegangan di layar TV itu ternyata, menurut saya, tidak seseram yang sebenarnya terjadi di lapangan. Mahasiswa yang turun ke jalan dekat Megaria itu tidak lebih dari 150 orang. Di markas LSM Bendera di bekas kantor PDI Perjuangan Jalan Diponegoro, hanya tampak tidak lebih dari 50 orang. Itulah yang terjadi.

Tidak percaya? Dengar saja jawaban Rizki Akbar, salah satu anak SMA itu. "Nggak takut ngeliat demo gini...? tanya saya.

"Gak, kita malah memang sengaja liat. Kebetulan sekolahan kita deket," ujarnya enteng.

Sebagian masyarakat Jakarta sepertinya memang sudah tidak peduli lagi dengan demonstrasi yang kerap terjadi. Bahkan, alih-alih membicarakan apa yang menjadi tuntutan demonstrasi, warga Jakarta justru sering berkeluh-kesah tentang kemacetan yang pasti muncul sebagai ekses dari aksi turun ke jalan itu.

Sikap cuek terhadap aksi demonstrasi itu juga terjadi di lantai bursa. Indeks harga saham gabungan (IHSG) memang sudah diduga pasti melemah. Ketika dibuka, IHSG melemah 0,29 poin ke posisi 3.592,50 dari level 3.592,79 pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Kondisi pelemahan terus terlihat sampai penutupan pasar. IHSG ditutup turun 13,83 poin atau 0,39% ke level 3.578,95. Hal yang sama terjadi pada indeks BISNIS-27 juga ikut melorot 1,09 poin ke level 320,06.

Namun, pelemahan indeks kemarin juga dipengaruhi suku bunga acuan China yang membuat bursa Asia tertekan.

Analis PT Panin Sekuritas Purwoko Sartono menilai para investor sekarang sudah mampu memisahkan diri dari isu-isu politik. Pasar pun jadi tidak mudah terpengaruh oleh beberapa peristiwa yang sempat menyita perhatian publik, seperti kasus Bank Century misalnya.

Menurut dia, sejumlah isu yang belakangan sempat mencuat, seperti keluarnya Partai Golkar dari Sekretariat Gabungan partai koalisi dan penggantian sejumlah menteri juga tidak terlalu memberikan dampak di pasar.

"Akhirnya isu-isu seperti itu hanya berhenti pada ranah politik saja dan tidak sampai mengganggu pasar. Ini menunjukkan bahwa investor makin dewasa dalam menerjemahkan isu-isu yang beredar," ujar Purwoko.

Pelaku bisnis di luar lantai bursa pun berpandangan yang sama dengan Purwoko. "Situasi Jakarta yang terjaga tetap kondusif, sehingga kalangan dunia usaha dapat melaksanakan aktivitas bisnisnya dengan baik," kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta (Kadin Jaya) Eddy Kuntadi.

Kalau kemarin Anda masih sempat jalan-jalan ke mal wah di Jakarta, pasti Anda tidak begitu merasakan perbedaan suasana yang signifikan antara kemarin dengan hari-hari sebelumnya.

"Kegiatan usaha ritel tetap berjalan seperti biasa dan belum ada laporan tempat perbelanjaan yang terganggu akibat aksi demo tersebut. Kami berharap situasi semacam itu dapat terus terjaga," kata Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Rudy Sumampouw.

Tentu kita semua senang, demonstrasi kemarin tidak berubah menjadi terlalu anarkis yang hanya melahirkan kerusakan dan kemungkinan adanya korban.

Pesan para aktivis dan mahasiswa yang turun ke jalan tentu sudah sampai ke telinga Presiden SBY. Dan pihak Istana pun, seperti disampaikan, Mensesneg Sudi Silalahi mengaku senang menerima aspirasi publik yang disampaikan melalui demonstrasi yang wajar sehingga dianggap tidak menjadi persoalan serius.

Jadi, kini, sepertinya sudah tidak pantas lagi para elite politik negeri ini dan aparat keamanan berbicara tentang sesuatu yang menyeramkan, seolah-olah akan ada yang menggulingkan pemerintahan yang sah!. (01/12/tdw/rar/asa/irs/jao/na)(eries.adlin@bisnis.co.id)

Media Pontianak

0 komentar:

Post a Comment