Ratings and Recommendations by Outbrain

Friday 8 October 2010

Putus Cinta : Bisa Masuk Rumah Sakit Jiwa

Hati hati dan jaga perasaan anda jika sedang mengalami jatuh cinta, karena tidak selamanya cinta yang kita jalin akan langgeng sampai akhir (baca : menikah) disaat muncul masalah kemudian salah satu pasangan memutuskan hubungan tidak menutup kemungkinan akan menyakiti perasaan pasangan lainnya, seperti yang dialami beberapa pasangan di Malang jawa Timur ini berikut ini. Sebanyak 66 pasien masuk Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, akibat putus cinta atau faktor asmara. “Dari 66 pasien tersebut, mayoritas adalah pasien yang masih berusia muda yakni antara 20 hingga 30 tahun,” kata Kepala Humas RSJ Lawang, Hery Juwanto, Kamis (23/9/2010), di kantornya.

Pasien-pasien lain, berjumlah 594 orang, katanya, masuk RSJ karena faktor ekonomi serta pemutusan hubungan kerja atau PHK. Adapun jumlah total pasien hingga Bulan September 2010 ada 660 pasien dari 700 pasien yang menjadi kapasitas RSJ Malang.

“Dari data itu, sekitar 60 persennya adalah pasien yang masuk karena faktor ekonomi, 30 persen lainnya disebabkan faktor susah mencari kerja, dan 10 persen atau 66 orang masuk karena putus cinta,” kata Hery

Asal para pasien tersebut, mayoritas dari kawasan Malang Raya —meliputi Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang. Sisanya, para warga asal 31 kabupaten dan kota di Jawa Timur. “Dari kawasan Malang Raya sebanyak 30 persen, sisanya dari 31 kabupaten dan kota di Jatim,” katanya.

Menanggapi permasalahan putus cinta tersebut, pengamat sosial dari Malang, dr Limas Sutanto, mengatakan hal itu dikarenakan tidak adanya lima kekuatan kebaikan dalam diri kaum muda saat ini. Ia menjelaskan, lima kekuatan kebaikan tersebut meliputi kekuatan sikap, disiplin tinggi, bisa berintegrasi dengan orang lain, menciptakan bidang baru, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan mampu berkomunikasi atau bekerjsama dengan orang.

“Jika setiap manusia mempunyai lima kekuatan kebaikan tersebut, maka mereka tidak perlu sakit hingga masuk rumah sakit jiwa,” kata, Limas yang juga dosen Universitas Negeri Malang.

Menurut dia, untuk menghindari sakit jiwa, yang paling utama diperlukan setiap orang adalah mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. “Dengan komunikasi, maka jika ada persoalan, seseorang tersebut tidak perlu merasa terbebani sendiri dan mampu berbagi,” katanya.

surya.co.id/MediaPontianak

0 komentar:

Post a Comment