Ratings and Recommendations by Outbrain

Thursday 14 October 2010

Bayi Berekor lahir di Kab. LANDAK

Dunia semakin tua, kejadian demi kejadian aneh pun bermunculan di muka bumi ini, tak terkecuali di Propinsi Kalimantan Barat, seorang bayi dilahirkan tidak lasim seperti biasanya, berikut ini kutipan yang di dapat oleh Media Pontianak dari Tribun Pontianak berikut ini,

Warga Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Rabu (13/10/10), dihebohkan dengan kelahiran bayi yang disebut-sebut berekor sepanjang tiga centimeter. Warga berduyun-duyun mendatangi Puskesmas Mandor tempat bayi tersebut dilahirkan.

"Sampai sekarang Puskesmas Mandor masih ramai, orang-orang dari desa lain juga datang untuk melihat bayi itu," ujar Mariwan, Warga Desa Sambora Kecamatan Toho, yang mengaku datang ke Mandor.

Mariwan bahkan sempat mengabadikan kondisi bayi tersebut dengan kamera ponselnya. Dia menuturkan, kondisi sang bayi mengerikan dengan ekor itu.

Kepala Puskesmas Mandor, Sri Supartinah, yang dikonfirmasi Tribun menyesalkan isu yang berkembang. Dia membantah bayi tersebut mirip binatang dan mempunyai ekor.

"Bayi ini cacat, tidak memiliki tempurung kepala, sehingga otaknya berada di luar. Mata dan hidungnya tidak sempurna. Sementara fisik lainnya seperti tangan dan kakinya juga tidak normal. Kita tidak bisa menyimpulkan kondisi bayi itu seperti apa," katanya.

Sri menuturkan, bayi dengan berat 3 Kg tersebut terlahir dari rahim Asui (17) pada Selasa (12/10/10) dini hari, di Desa Stabar melalui bantuan bidan desa. Bayi pertama itu kini kini menjalani perawatan di Puskesmas Mandor.

Agar tetap dalam keadaan stabil, pihak puskesmas meletakannya di inkubator dengan batuan oksigen. Susu diberikan melalui selang ke mulut bayi malang ini.

"Kami sudah memberikan perawatan kepada bayi ini. Untuk memberinya susu terpaksa diberikan melalui selang," ujarnya.

Biaya perawatan bayi tersebut sepenuhnya ditanggung oleh Pemkab Landak melalui program Jamkesda. Sebab perekonomian orangtuanya sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di rumah kecil berukuran 4x4 beratapkan daun. Keduanya hanya mengandalkan hidup dari berladang dan menoreh getah.

Dami (22), ayah bayi malang tersebut mengaku tidak pernah mempunyai firasat apapun saat istrinya mengandung. Bahkan, istrinya rajin memeriksakan kandungannya ke bidan desa.

"Saya sedih melihatnya, ingin rasanya punya anak yang sehat seperti anak orang lain. Jika dia hidup bagaimana jika besar nanti, kalau kondisinya seperti itu," keluh Dami.

Editor: End | Laporan: Ali / Media Pontianak

0 komentar:

Post a Comment