Ratings and Recommendations by Outbrain

Wednesday, 20 October 2010

50% Air Isi Ulang Positif Tercemar Bakteri

Sudah amankan air putih yang kita minum saat ini ? dengan mengkomsumsi air mineral sekalipun ternyata tidak menjamin keamanannya bagi kesehatan kita, terbukti hasil penelitian yang direlease oleh Pakar Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI berikut ini.

Hasil penelitian mengungkapkan sekitar 50% air minum isi ulang di depot diketahui positif tercemar ekoli dan bisa menyebabkan penyakit diare.

Pakar Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Budi Haryanto mengungkapkan air minum isi ulang di sejumlah depot kota-kota besar, seperti Depok, Tangerang, Jakarta, Palembang, dan lain-lain, 50% positif tercemar ekoli atau bakteri, dan tiga kali berisiko menyebabkan diare bagi balita, daripada manusia yang tidak mengonsumsi air minum tersebut.

"Pengawasan air minum isi ulang di depot masih kurang, karena setiap liter air mempunyai waktu tertentu untuk dikonsumsi, dan juga intensitas air di depot setiap isi ulang terus berjalan dan tidak ada takarannya. Akibatnya banyak kuman dan bakteri yang lolos ke air galon itu," katanya.

Dia menjelaskan pada awal cara kerjanya di depot mungkin dimulai dari pengurasan, dan itu bisa membunuh kuman, namun kemampuan dari filter yang kurang mendapat jaminan bisa membuat air isi ulang tersebut tercemar ekoli. Dan karena itu izin usaha tersebut masih terus dipertanyakan apakah layak berdiri atau tidak.

"Kalau dilakukan secara prosedur itu tidak apa-apa, namun jika tidak melalui prosedur dikhawatirkan akan tercemar ekoli dan pengonsumsinya bisa terkena penyakit diare."

Ia mengimbau kepada masyarakat yang mengonsumsi air isi ulang di depot untuk memasak air terlebih dahulu agar terbebas dari ekoli dan penyakit diare.

Menurutnya, hampir 50% penyakit yang diderita oleh masyarakat Indonesia ini disebabkan oleh air minum yang tercemar dan pola hidup yang tidak bersih.

Pada kasus diare, 124 juta penduduk di Indonesia menderita diare pada tahun 2006, dan jumlah kasus diare menunjukkan pengingkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yakni 30 persen di tahun 2000 dan meningkat menjadi 35 persen hanya dalam kurun waktu tiga tahun di tahun 2003.

"Diare menduduki peringkat kedua penyebab kematian balita dengan 162.000 kematian setiap tahun, dan balita yang minum air tercemar memiliki risiko lebih tinggi terkena diare dibanding balita yang minumnya aman."

Dia menegaskan fenomena tersebut menekankan adanya kebutuhan akan metode pengolahan air yang efektif dan efisien untuk menghasilkan air minum yang terlindungi dari kuman berbahaya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Unilever bersama Sucofindo di 300 sumber air tanah di wilayah Jabodetabek dan Bandung, 48% sumber air di Jabodetabek dan Bandung tercemar oleh bakteri coliform dan 50% berada pada tingkat keasaman (ph) yang rendah di luar ambang batas wajar. (yus)

Antara/Media Pontianak

0 komentar:

Post a Comment